-->
Teori Kepemimpinan Dari Maxwell
Pengertian Kepemimpinan Menurut Maxwell
Kepemimpinan adalah efek tidak lebih yakni kemampuan memperoleh pengikut. Maxwell menyimpulkan bahwa setiap orang masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain. Itu berarti bahwa tiruana orang memimpin dalam beberapa bidang, sementara dalam bidang lain seseorang dipimpin. Pengaruh sanggup dikembangkan, ada beberapa tingkat kepemimpinan yang sanggup memmenolong menaikkan tingkat efek seseorang yaitu :
a. Tingkat kedudukan
Ini yakni tingkat kepemimpinan pertama yang mendasar. Di mana efek yang dimiliki dibawa oleh jabatan. Hal ini tidak negatif kecuali kalau tiruananya menjadi landasan untuk wewenang dan pengaruh, tetapi itu ialah pengganti keahlian kepemimpinan yang buruk. Seseorang mungkin berada pada posisi “yang mengendalikan” lantaran diangkat ke
suatu kedudukan. Kepemimpinan yang sesungguhnya lebih dari spesialuntuk mempunyai wewenang tetapi menjadi orang yang diikuti orang lain dengan bahagia hati dan penuh keyakinan (Maxwell.1995:5).
b. Tingkat izin
Kepemimpinan sanggup membuat orang lain bekerja tanpa diwajibkan. Hal ini terjadi kalau seseorang naik ke tingkat efek yang kedua. Orang tidak peduli seberapa banyak yang pemimpin ketahui hingga orang tahu seberapa besar pemimpin peduli. Kepemimpinan dimulai dengan hati, bukan spesialuntuk dengan kepala. Seseorang yang berada di tingkat “izin” akan memimpin dengan saling bekerjasama antara atasan dan bawahan (Maxwell.1995:7).
c. Tingkat produksi
Pada tingkat ini segala hal mulai terjadi (hal-hal yang baik; ibarat laba meningkat, moral tinggi, keluarnya karyawan rendah, kebutuhan terpenuhi, masalah terpecahkan minimum). Pada tingkat 2 orang berkumpul spesialuntuk untuk berkumpul, tidak ada tujuan lain, pada tingkat 3 orang berkumpul untuk mencapai tujuan (Maxwell.1995:8).
d. Tingkat pengembangan manusia
Salah satu tanggungjawaban utama seorang pemimpin yakni mengembangkan orang lain untuk melaksanakan pekerjaan. Seorang pemimpin hebat bukan spesialuntuk kekuasaan saja, tetapi lantaran kemampuannya mempersembahkan kekuatan kepada orang lain. Loyalitas kepada pemimpin mencapai puncak tertinggi ketika pengikut secara pribadi tumbuh melalui bimbingan si pemimpin. Pemimpin merebut hati pengikutnya dengan memmenolong bawahan tumbuh secara pribadi (Maxwell.1995:10).
e. Tingkat kemampuan menguasai pribadi
“Para pemimpin pada umumnya belum hingga di tingkat ini, spesialuntuk kepemimpinan yang terbukti sepanjang hidup akan membuat seseorang berada di tingkat 5 dan meraih penghargaan yang memuaskan selamanya. (biasanya orang yang berada ditingkat ini yakni seorang negarawan/ konsultan)” (Maxwell.1995:11).
Jadi bila seseorang tidak sanggup mempengaruhi orang lain, maka orang lain tidak mengikutinya. Bila orang lain tidak mengikutinya berarti orang tersebut bukanlah seorang pemimpin.
Menurut Maxwell kepemimpinan itu berkembang setiap hari. Kemampuan memimpin bukan spesialuntuk suatu talenta semenjak lahir, tetapi sesungguhnya ialah kumpulan dari banyak sekali ketrampilan, yang hampir seluruhnya sanggup dipelajari serta ditingkatkan. Namun diharapkan suatu proses yang tidak terjadi spesialuntuk dalam semalam, lantaran aspek kepemimpinan sangat banyak : kehormatan, pengalaman, kekuatan, emosional, ketrampilan membina hubungan dengan sesama, disiplin, visi, dan sebagainya. Maxwell menyampaikan bahwa pemimpin yang sukses yakni orang yang belajar, dimana proses belajarnya berkelanjutan, sebagai hasil dari disiplin pribadi dan ketekunan. Makara kepemimpinan berjalan dari hari ke hari dimana samasukan setiap harinya haruslah menjadi sedikit lebih baik atau membangun di atas kemajuan hari sebelumnya (Maxwell.2001:65).

Jadi setiap orang yang ingin menjadi pemimpin harus melalui proses lantaran kepemimpinan tidak sanggup terjadi spesialuntuk dalam sekejap. Kepemimpinan tidaklah berkembang dalam satu hari melainkan seumur hidup.
Kualitas kepemimpinan
Dari sekian banyak kualitas kepemimpinan berdasarkan Maxwell spesialuntuk dipilih 14 kualitas kepemimpinan dengan alasan 14 kualitas ini secara umum dirasa penting dan perlu ada dalam diri seorang pemimpin :
1 Kepercayaan
Orang akan percaya kepada sang pemimpin doloe, gres kepada visinya. Banyak orang yang terbalik pendekatannya, di mana orang percaya bahwa jikalau tujuannya cukup baik, maka otomatis akan percaya dan mengikutinya. Namun cara kerja kepemimpinan yang sesungguhnya yaitu orang akan mengikuti pemimpin yang sanggup dipercaya, yang melontarkan tujuan-tujuan yang layak. misal : “sering kali para investor tidak peduli, apa visi sang usahawan. Jika investor percaya kepada orangnya maka otomatis akan mendapatkan tiruana gagasannya” (Maxwell.2001:256).
Kepemimpinan dan visi selalu berjalan seiring dan mustahil dipisahkan. Jika para pengikut tidak suka pemimpinnya atau visinya, pengikut akan mencari pemimpin lain, sedangkan jikalau para pengikut tidak suka pemimpinnya namun suka visinya, pengikut tetap akan mencari pemimpin lain. Sekalipun orang menganggap suatu tujuan itu baik, namun jikalau tidak suka pemimpinnya, maka akan mencari pemimpin lain. Jika para pengikut suka kepada pemimpinnya namun tidak suka visinya, pengikut akan ubah visinya. Sekalipun
orang tidak suka visi seorang pemimpin, jikalau sudah percaya kepada sang pemimpin, pengikut akan terus mengikutinya. Jika para pengikut suka kepada pemimpin dan visinya, pengikut akan mendukung keduanya. Dalam kondisi ini pengikut akan mengikuti pemimpin seberapa jelek apa pun kondisinya (Maxwell.2001:259-261). Visi yang hebat tidaklah cukup. Tapi seseorang harus menjadi pemimpin yang baik dan sanggup dipercaya terlebih lampau, maka orang-orang akan mengikutinya.
Kepercayaan yakni landasan dari kepemimpinan (Maxwell.2001:115). Untuk membangun kepercayaan, seorang pemimpin harus mempersembahkan contoh dalam kemampuan, koneksi, dan karakter. Kekeliruan berdasarkan kemampuan sanggup dimaafkan jikalau pemimpin masih dalam tahap pertumbuhan. Namun pengikut tidak akan percaya kepada seseorang yang sudah gagal dalam karakter. Karakter memungkinkan terjadinya kepercayaan, dan kepercayaan memungkinkan terjadinya kepemimpinan (Maxwell.2001:122). Setiap kali seseorang memimpin itu berarti para bawahan menyetujui untuk menempuh perjalanan bersama pemimpinnya, dimana perjalanan itu akan ditentukan oleh karakter. melaluiataubersamaini abjad yang baik, semakin panjang perjalanannya, semakin baik tampaknya. Namun jikalau abjad seorang pemimpin cacat, semakin panjang perjalanannya dan semakin jelek jadinya. Karakter mengkomunikasikan banyak hal di antaranya mengkomunikasikan konsistensi.
Para pemimpin yang tidak mempunyai kekuatan abjad tidak sanggup mendapatkan amanah hari demi hari lantaran kemampuannya terus berubah-ubah. Jika orang-orang tidak sanggup mengira perilaku pemimpin, suatu ketika akan mencari pemimpin yang lain. Cacat abjad yang dimiliki oleh pemimpin yang gagal itu akan sanggup menghancurkan landasan kepemimpinannya. Karakter juga mengkomunikasikan potensi, jikalau abjad seorang pemimpin itu berpengaruh orang akan percaya kepadanya dan akan percaya kepada kemampuannya untuk meterbaikkan potensinya.
Karakter mengkomunikasikan kehormatan, orang tidak akan mengikuti orang lain lantaran kebetulan. Secara umum para pengikut akan tertarik kepada orang-orang yang lebih berpengaruh kepemimpinannya daripada dirinya sendiri. Seseorang akan mengikuti individu-individu yang kepemimpinannya dihormati. Seorang pemimpin sanggup memperoleh kehormatan dengan mengambil keputusan-keputusan yang mantap, mengakui kekeliruan-kekeliruan dan menlampaukan kepentingan para pengikut serta organisasinya daripada diri sendiri. melaluiataubersamaini mempersembahkan nilai tambah kepada hidup para pengikut maka dengan sendirinya orang akan menghormati sang pemimpin (Maxwell.2001:121-128).
Jadi abjad yang baik dari seorang pemimpin membangun kepercayaan di antara para pengikutnya. Karena para pengikut akan mengikuti orang-orang yang sanggup dipercaya dan dianggap lebih berpengaruh dari dirinya sendiri. ketika orang-orang percaya kepada sang pemimpin maka pengikut juga akan menghormatinya dan juga secara otomatis akan mendukung dan mengikuti apa yang menjadi visi dari sang pemimpin. Namun jikalau seorang pemimpin melanggar kepercayaan yang sudah dibangun tersebut, maka kemampuan memimpinnya akan lenyap. Karena ibarat yang dikatakan di atas bahwa orang akan mengikuti sang pemimpin jikalau pengikut percaya pada pemimpinnya, kemudian barulah pengikut bersedia untuk mengikuti visi pemimpin dan berjalan bersama pemimpin untuk mencapai visi tersebut.

2 Sikap
“Sikap bukanlah asset yang menyebabkan diri seseorang menjadi pemimpin besar, tetapi tanpa perilaku yang baik seseorang tidak akan bisa mencapai potensi sepenuhnya” (Maxwell.1995:102). Setiap orang dalam pekerjaannya pernah mengalami saat-saat ketika perasaan menjadi tidak enak. Sikap seseorang tidak sanggup menghentikan perasaannya, tetapi perilaku bisa menjaga biar perasaan tidak menghentikan seseorang (Maxwell.1995:104). Sikap seorang pemimpin ditangkap oleh pengikutnya lebih cepat daripada tindakannya. Salah satu perilaku yang baik bagi seorang pemimpin yakni bagaimana mempunyai pandangan, pikiran dan perilaku yang positif dalam menghadapi hidup ini. Sikap positif tidak spesialuntuk memilih tingkat kecukupan diri sebagai seorang individu, melainkan berdampak pada bagaimana orang lain diberinteraksi dengan dirinya. “Ketika otak dijarah dengan anutan negatif, kemungkinan seseorang untuk mendapatkan sukses jangka
panjang lenyap lantaran harapan dan semangat tidak ada, cepat atau lambat perilaku akan menyeret diri ke bawah” (Maxwell.1995:105). Seorang pemimpin bisa mencapai tujuan kalau menetapkannya, dengan tidak mempedulikan apa yang dikatakan orang lain. Jika pemimpin menyampaikan bisa berarti niscaya bisa. melaluiataubersamaini pikiran dan perilaku positif seorang pemimpin sanggup lebih tangguh, lebih baik, dan lebih bekerja keras. Sebagai seorang pemimpin penting sekali mempunyai perilaku yang baik yang sanggup dilihat oleh pengikutnya, lantaran hal itu dengan sendirinya akan menjadi daya tarik dari seorang pemimpin. Di dalam kebanyakan situasi pemimpin menarikdanunik orang-orang yang mempunyai kualitas yang sama dengan dirinya. Orang-orang yang didapatkan oleh sang pemimpin bukanlah ditentukan oleh apa yang diinginkannya, melainkan oleh siapa pemimpin itu sendiri, itulah aturan daya tarik “siapa anda sesungguhnya memilih siapa yang anda tarik” (Maxwell.2001:169).
Dari uraian di atas sanggup dilihat bahwa perilaku ialah pilihan dalam hidup insan dari hari ke hari. Penting bagi pemimpin untuk mempunyai perilaku positif lantaran dengan perilaku yang demikian pemimpin akan menjadi lebih tangguh, lebih kuat, dan juga mempunyai pikiran yang positif dalam menghadapi duduk masalah yang dihadapi dan penting untuk diingat bahwa pemimpin niscaya mempengaruhi para bawahannya; dengan mempunyai perilaku yang baik maka pemimpin pun akan menarikdanunik orang-orang untuk bersikap baik, demikian pula sebaliknya. Makara pemimpin secara tidak eksklusif niscaya mempengaruhi bawahannya.

3 Kompetensi
“Adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengatakannya, merencanakannya, dan melakukannya dengan sedemikian rupa sehingga orang lain akan mengetahui bahwa pemimpin mengetahui caranya dan mengetahui bahwa orang lain ingin menjadi pengikutnya” (Maxwell.2001:47).
Ada beberapa cara untuk mengembangkan kompetensi :
a. Perlu ada atau tampil setiap hari
Maksudnya yakni orang yang berkompetensi tinggi tidak spesialuntuk muncul secara jasmani, tetapi hadir dalam keadaan siap setiap hari bagaimanapun perasaannya, keadaan apapun yang hadapi, atau seberapa susah pun tantangan yang diperkirakan akan timbul (Maxwell.2001:51).
b. Memperbaiki diri secara berkesinambungan
Semua orang yang berkompetensi tinggi terus mencari cara untuk terus belajar, bertumbuh, serta memperbaiki diri (Maxwell.2001:51).
c. Tindak-lanjutilah dengan sempurna
Hal ini perlu bagi seorang pemimpin lantaran pemimpin akan cenderung dituntut oleh bawahannya lebih banyak lagi dari yang sebelumnya (Maxwell.2001:52).
d. Mencapai sesuatu lebih dari yang diharapkan
Orang yang berkompetensi tinggi selalu menempuh jarak ekstra. Pemimpin perlu untuk melaksanakan tugasnya serta lebih banyak lagi, hari demi hari (Maxwell.2001:52).
e. Memdiberi ide kepada orang lain.
Para pemimpin berkompetensi tinggi melaksanakan lebih dari sekedar berprestasi tinggi. pemimpin menginspirasikan serta memotivasi orang untuk melaksanakan hal yang sama. Pemimpin yang efektif memadukan ketrampilan dengan kompetensi yang tinggi untuk membawa organisasinya ke tingkat kesempurnaan (Maxwell.2001:53).
Dari uraian di atas sanggup dilihat bahwa kompetensi perlu dimiliki oleh setiap pemimpin dimana kompetensi ialah kemampuan pemimpin yang lebih dari sekedar kata-kata tetapi juga kemampuan untuk merencanakannya dan melakukannya sehingga pemimpin memperoleh kepercayaan dari pengikutnya.

4 Komitmen pemimpin
Jika seseorang ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, pemimpin harus mempunyai komitmen. Komitmen memperlihatkan kepada orang lain bahwa seseorang mempunyai keyakinan. Komitmen memiki 3 sifat:
a. Komitmen dimulai di dalam hati
Jika seseorang ingin membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain orang tersebut harus terlebih lampau menyelidiki hatinya apakah sudah benar-benar berkomitmen (Maxwell.2001:31).
b. Komitmen diuji oleh perbuatan.
Satu-satunya ukuran sejati dari komitmen yakni perbuatan. Jadikomitmen harus diiringi oleh perbuatan (Maxwell.2001:32).
c. Komitmen membuka pintu menuju prestasi.
Komitmen berlawanan dengan penolakan, lantaran komitmen yakni kesepakatan fokus untuk terus maju dan untuk bangkit. Makara jikalau seseorang ingin mencapai suatu tujuan maka harus punya komitmen (Maxwell.2001:33).
Tipe pengecut tidak mempunyai samasukan dan tidak punya komitmen. Sedangkan tipe peragu tidak tahu apakah sanggup mencapai samasukannya sehingga seseorang takut membuat komitmen. Tipe penyerah mulai menuju suatu samasukan namun segera mengalah jikalau menemui hambatan. Sedangkan tipe orang yang mati-matian, orang tersebut memutuskan samasukan dan berkomitmen untuk mencapainya dan membayar harga untuk mencapainya. Itulah 4 jenis tipe orang dalam komitmen. Oleh lantaran itu di butuhkan pengorbanan. Pengorbanan yakni sesuatu yang konstan dalam kepemimpinan, ialah proses yang berkelanjutan bukan pengorbanan yang sekali bayar, selalu ada harga yang harus dibayar demi mancapai kemajuan atau peningkatan. Semakin tinggi kepemimpinan semakin besar pengorbanan yang akan didiberikannya (Maxwell.2001:36).
Jadi gotong royong kepemimpinan menuntut perubahan, perbaikan, serta pengorbanan yang berkelanjutan demi peningkatan seseorang harus rela berkorban. Itulah sifat sesungguhnya dari kepemimpinan. Oleh lantaran itu diharapkan komitmen dari seorang pemimpin untuk mencapai tujuannya. Sebab tanpa komitmen seorang pemimpin akan berhenti di perjalanannya apabila menemui kesusahan.

5 Integritas
“Integritas mempunyai pengertian kata-kata dan perbuatan seseorang sesuai, tanpa memperdulikan siapa dirinya, dimana berada, dan bersama siapa” (Maxwell.1995:37). Integritas bukanlah apa yang dilakukan melainkan lebih kepada siapa diri gotong royong pada alhasil akan memutuskan apa yang dilakukan. Integritas memmenolong seseorang mengambil keputusan antara apa yang ingin dilakukan dan apa yang harus dilakukan. Integritas memutuskan siapa dirinya dan bagaimana orang tersebut akan mempersembahkan tanggapan bahkan sebelum konflik muncul. Integritas memilih apa yang dikatakan, dipikirkan, dan dilakukan ke dalam diri yang utuh sehingga izin tidak pernah didiberikan bagi salah satu diantaranya yang tidak sesuai (Maxwell.1995:38). Orang yang diberintegritas akan konsisten, dimana orang tersebut sanggup memutuskan sebelumnya akan menjadi apa dirinya tidak peduli bagaimana keadaannya. misal : pemimpin menyampaikan pada
karyawan “hadirlah ke pekerjaan pada waktunya”. Pemimpin hadir ke pekerjaan pada waktunya maka hasilnya karyawan akan hadir pada waktunya. Tetapi jikalau terjadi sebaliknya, dimana pemimpin menyampaikan kepada karyawan “hadirlah ke pekerjaan pada waktunya”. Tetapi pemimpin hadir ke pekerjaan terlambat maka hasilnya beberapa karyawan akan hadir pada waktunya, lainnya tidak (Maxwell.1995:39)
Namun pada kenyataannya pemimpin berusaha memotivasi pengikut dengan masukana yang dangkal padahal yang diharapkan orang bukanlah motto untuk dikatakan, melainkan contoh untuk dilihat.
Berikut ini beberapa alasan mengapa integritas begitu penting :
a. Integritas membina kepercayaan
melaluiataubersamaini integritas yang ditemukan dalam diri seorang pemimpin yang bukan spesialuntuk kata-kata belaka tetapi juga disertai tindakan akan menumbuhkan kepercayaan dalam diri pengikutnya (Maxwell.1995:41).
b. Integritas punya nilai efek tinggi.
Integritas ialah kualitas insan yang diharapkan untuk sukses bisnis. melaluiataubersamaini integritas yang dipunyai oleh seorang pemimpin akan memperbesar pengaruhnya, lantaran pengikut melihat adanya sesuatu yang bisa dipercayai dalam diri pemimpin (Maxwell.1995 :42).
c. Integritas megampangkan standar tinggi.
Pemimpin harus hidup dengan standar yang lebih tinggi daripada pengikutnya. melaluiataubersamaini adanya watak yang baik (integritas) memungkinkan pemimpin untuk melaksanakan tiruana tanggung jawabannya, kalau watak seorang pemimpin rendah, maka standarnya pun rendah (Maxwell.1995:43).
d. Integritas menghasilkan reputasi yang kuat, bukan spesialuntuk citra.
Citra yakni apa yang dipikirkan orang lain wacana diri seseorang. Integritas yakni apa diri seseorang yang sesungguhnya. Kadang-kadang kehidupan menjepit seseorang pada saat-saat mengalami tekanan ibarat itu, apa yang ada di dalamnya akan ketahuan, dengan demikian akan memilih bagaimana reputasi seseorang (Maxwell.1995:44).
e. Integritas berarti menghayati diri sebelum memimpin orang lain.
Sebelum memimpin orang lain seorang pemimpin harus menghayati dirinya sendiri, lantaran pemimpin tidak bisa memimpin siapa pun lainnya lebih jauh daripada daerah pemimpin sendiri berada. Oleh lantaran itu perlu dipastikan apakah pemimpin sudah mempunyai integritas terlebih lampau sebelum memimpin orang lain lantaran orang akan cenderung mengikuti pemimpin (Maxwell.1995:45).
f. Integritas memmenolong seorang pemimpin dipercaya bukan spesialuntuk pintar.
Kepercayaan yakni keyakinan bahwa pemimpin sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya. Kepemimpinan yang efektif tidak spesialuntuk berdasarkan sifat pintar, tetapi juga berdasarkan perilaku konsisten (Maxwell.1995:46).
g. Integritas yakni prestasi yang dicapai dengan susah payah.
Integritas bukan sebuah faktor yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Ini yakni hasil dari disiplin pribadi, kepercayaan batin, dan keputusan untuk jujur sepenuhnya dalam segala situasi dalam kehidupan pemimpin. Untuk memperoleh integritas diharapkan suatu proses yang terus berlangsung (Maxwell.1995:47). Dari uraian di atas sanggup dilihat pentingnya integritas sabagai abjad yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin lantaran integritas mengandung pengertian apa yang dikatakan pemimpin itu juga yang harus diperbuatnya. Sehingga pemimpin sanggup memdiberi contoh kepada para pengikutnya.

6 Prioritas
Menentukan prioritas yakni sesuatu yang harus dilakukan oleh para pemimpin, baik memimpin kelompok kecil, menjalankan sebuah organsisasi atau menjalankan sebuah perjuangan kecil. Untuk memilih prioritas, Maxwell mengajarkan prinsip Pareto yang menyampaikan jikalau seorang pemimpin memseriuskan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang masuk kategori 20% paling penting, pemimpin tersebut akan mendapatkan hasil sebesar 80% dari upaya tersebut. Misalnya jikalau seorang pemimpin mempunyai 10 karyawan, seharusnya pemimpin tersebut mempersembahkan 80% waktu serta perhatiannya kepada 2 karyawan terbaik dalam usaspesialuntuk (Maxwell.2001:304) Makara jikalau seorang pemimpin ingin menjadi efektif, maka perlu bekerja berdasarkan aturan prioritas lantaran memungkinkan untuk meningkatkan serius pemimpin untuk mencapai tujuan sambil mengurangi jumlah aktivitas yang bisa didelegasikan kepada bawahannya.

7 Semangat Yang Tinggi
Perlu bagi pemimpin untuk mempunyai semangat lantaran banyak orang yang sepertinya biasa-biasa saja tetapi sanggup mencapai hal yang besar, dan hal ini dikarenakan adanya semangat yang tinggi untuk mencapai tujuan. Berikut ini beberapa manfaat semangat bagi seorang pemimpin:
a) Semangat ialah langkah pertama menuju prestasi.
Hasrat yang lemah akan menhadirkan hasil yang lemah. Semakin besar semangat, maka hasrat pun semakin besar sehingga potensi seorang pemimpin semakin besar (Maxwell.2001:121)
b) Semangat meningkatkan kehendak
Semangat yakni materi bakar pendorong kemauan. Jika seseorang menginginkan sesuatu, tentunya mempunyai kemauan untuk mencapainya. Satu-satunya cara untuk mempunyai hasrat ibarat itu yakni dengan mengembangkan semangat. (Maxwell.2001:122)
c) Semangat mengubah seseorang
Semangat sanggup meningkatkan kemampuan seseorang untuk memdiberi dampak kepada orang lain, dan alhasil semangat yang akan lebih mempengaruhi daripada kepribadian. (Maxwell.2001:122)
d) Semangat menyebabkan sesuatu yang mustahil menjadi mungkin
Seorang pemimpin yang mempunyai semangat besar dan sedikit ketrampilan selalu lebih unggul daripada pemimpin yang mempunyai ketrampilan besar namun tidak bersemangat. Itulah sebabnya mengapa para pemimpin yang bersemangat terlihat begitu efektif. (Maxwell.2001:122)
Jika seseorang tidak penuh dengan semangat, ia akan mengalami masalah sebagai pemimpin, lantaran seseorang tidak akan pernah sanggup memimpin sesuatu yang tidak dipedulikan dengan penuh semangat. Seseorang mustahil mempersembahkan semangat dalam organisasi kecuali kalau orang tersebut mempunyai semangat dalam dirinya.

8 Kepelayanan
“Kepelayanan bukanlah soal posisi atau ketrampilan, melainkan soal sikap” (Maxwell.2001:190). Pemimpin yang sejati yakni pemimpin yang melayani kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Pemimpin akan sengaja mencari tahu akan kebutuhan orang lain serta dengan sengaja menyampaikan diri untuk memmenolong dengan dasar kasih yang menganggap bahwa kepentingan orang lain itu penting.
Pemimpin-pemimpin besar lebih melihat kebutuhan orang lain kemudian mengambil peluang itu dan melayani tanpa mengharapkan balasannya. Ketika pemimpin melayani, pemimpin tidak memseriuskan diri pada pangkat atau posisinya, tapi justru posisinya sebagai pemimpin itulah yang memdiberinya rasa tanggungjawaban yang besar untuk melayani. Pelayanan tidak bermotifkan promosi diri, melainkan di dorong oleh kasih, dan efek seorang pemimpin tergantung pada seberapa dalam pemimpin mementingkan orang lain. Memang benar bahwa setiap orang yang ingin menjadi besar harus menjadi yang terkecil dan melayani yang lainnya, jikalau seorang ingin memimpin di tingkatan tertinggi maka harus bersedia untuk melayani di tingkatan yang terendah (Maxwell.2001:195) . Dari uraian di atas sanggup dilihat kepelayanan yakni suatu hal yang tidak sanggup dipisahkan dari kehidupan kepemimpinan, lantaran arti lain dari kepemimpinan juga yakni pelayanan, secara tidak eksklusif orang yang ingin menjadi besar harus memperhatikan orang yang lebih kecil dan melayaninya.

9 Tanggungjawaban
Dalam suatu kesuksesan niscaya ditemukan adanya tanggung jawaban yang harus dipikul oleh seseorang untuk mencapainya. Para pemimpin yang baik, niscaya sadar bahwa siapa dan di mana pemimpin berada yakni tetap harus mempunyai tanggungjawaban. Pemimpin menghadapi kenyataan hidup apapun dan mengerahkan kemampuan yang terbaik untuk mencapai sukses (Maxwell.2001:160).
“Tak seorangpun sanggup melaksanakan yang minimum dan mencapai potensi yang maksimum” (Maxwell.2001:161). Untuk itu pemimpin yang bertanggung jawaban niscaya melaksanakan tugasnya dengan bekerja keras, dan untuk membangun kredibilitasnya maka pemimpin membayangkan dirinya bekerja untuk diri sendiri supaya sanggup mencapai lebih banyak.
Pemimpin yang bertanggung jawaban bersedia melaksanakan apapun yang diharapkan untuk menuntaskan pekerjaan yang dibutuhkan oleh organisasi tanpa pernah memprotes bahwa itu bukan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin didorong oleh hasrat untuk mencapai kesempurnaan sehingga pemimpin bekerja keras dan bertanggung jawaban untuk mencapainya dan menuntaskan kiprah tersebut dengan efektif (Maxwell.2001:162).
Jadi tanggung jawaban harus dimiliki oleh seorang pemimpin lantaran dengan abjad demikian pemimpin sanggup melaksanakan tugas-tugasnya untuk mencapai tujuannya.

10 Disiplin Diri
“Tak seorangpun sanggup mencapai dan mempertahankan sukses tanpa disiplin diri yang luar biasa” (Maxwell.2001:180). Seorang pemimpin juga tidak sanggup mencapai potensi yang terbaik jikalau harus mengerjakan apa yang harus dikerjakan spesialuntuk jikalau ia bersemangat, melainkan perlu ada disiplin diri. Inti dari disiplin diri yakni memilih apa yang benar-benar menjadi prioritas dan kemudian menindaklanjuti hal yang penting tersebut. Disiplin diri tidak sanggup spesialuntuk dijadikan sesaat, tetapi disiplin diri harus menjadi gaya hidup dari seorang pemimpin dan mengembangkan sistem secara rutinitas, terutama di
berbagai bidang yang penting bagi pertumbuhan serta sukses jangka panjang (Maxwell.2001:181). Seringkali yang membuat seseorang tidak sanggup berdisiplin diri yakni lantaran kecenderungan untuk mencari alasan supaya tidak disiplin, untuk itu seseorang harus sanggup menantang dan menghapus kecenderungan untuk mencari alasan. Seorang pemimpin yang mempunyai disiplin diri membuat orang lain akan menghormatinya dan mengikutnya. Kedisiplinan ialah salah satu kriteria untuk menjadi sukses lantaran arti kedisiplinan sendiri melaksanakan sesuatu hal secara teratur dan konsisten untuk mencapai tujuan.

11 Hubungan Yang Baik
Sebelum seorang pemimpin minta tolong kepada bawahannya, pemimpin yang efektif tahu bahwa pemimpin harus menyentuh hatinya terlebih lampau. Namun perlu diingat bahwa sebelum pemimpin sanggup menyentuh hati seseorang pemimpin harus mengetahui ada apa di dalam hati orang tersebut (Maxwell.2001:110). Membina hubungan dengan orang lain tidak spesialuntuk terjadi jikalau seorang pemimpin sedang berkomunikasi dengan sekelompok orang, melainkan secara individual jikalau hubungan dan komunikasi antar individu itu kuat, maka para pengikut dengan nrimo ingin menolong sang pemimpin untuk mencapai tujuannya.
Dari membina hubungan dengan orang lain serta memperlihatkan ketulusan dalam memmenolong orang lain, maka akan mengembangkan dapat dipercaya seorang pemimpin. Menjalin hubungan yang baik dimulai dari inisiatif pemimpin dan bukan tanggungjawaban bawahan. Jika hubungan yang baik sudah terjalin maka akan muncul loyalitas yang luar biasa serta watak kerja yang kuat. Dari uraian diatas sanggup disimpulkan dengan mempunyai hubungan yang baik dengan para bawahan yaitu dengan menyentuh hati mereka dan mendengarkan mereka sanggup membuat bawahan yang loyal sehingga komitmen sanggup timbul dengan sendirinya dan laba bagi pemimpin sanggup menjalin hubungan dengan orang lain serta belajar.

12 Pengertian
“Pengertian sanggup digambarkan sebagai kemampuan untuk menemukan akar persoalan, dan ini tergantung pada intuisi serta nalar” (Maxwell.2001:70). Para pemimpin yang efektif membutuhkan pengertian untuk memmenolong mengerjakan beberapa hal penting yaitu untuk menemukan akar persoalan. Para pemimpin organisasi niscaya menemui persoalan, atau kesusahan setiap harinya. Untuk itu perlu mengandalkan pengertian yang akan memungkinkan seorang pemimpin melihat sebagian gambarannya, melengkapinya secara intuitif, dan menemukan inti duduk masalah (Maxwell.2001:72). Pengertian juga meningkatkan
kemampuan mengatasi duduk masalah dengan melihat akar duduk masalah melalui intuisi. Pengertian sanggup mengevaluasi pilihan-pilihan yang ada. Pengertian bukanlah spesialuntuk mengandalkan pada intuisi, atau spesialuntuk pada intelektual. Pengertian memungkinkan pemimpin untuk memakai firasat sekaligus logika untuk menemukan pilihan terbaik bagi orang-orangnya serta organisasi (Maxwell.2001:72). Selain itu pengertian juga sanggup melipatgandakan peluang pada ketika yang tepat. Biasanya seorang pemimpin sanggup membuat keberuntungan lantaran pengertian dan kesediaan untuk memakai pengalaman serta mengikuti nalurinya. Dari uraian di atas sanggup dilihat bahwa kepemimpinan memerlukan pengertian yang tidak spesialuntuk berasal dari isu tetapi juga memerlukan intuisi dan logika untuk menemukan akar persoalan.

13 Visi
Visi yakni segalanya bagi seorang pemimpin, lantaran visilah yang memimpin para pemimpin, melukiskan samasukan, memicu serta memperabukan semangat, dan mendorong untuk maju. Seorang pemimpin yang tidak mempunyai visi takkan kemana-mana, spesialuntuk akan berlari ditempat. Visi membuat orang lain mengikuti sang pemimpin (Maxwell.2001:209).
Visi dimulai dari dalam diri seorang pemimpin. Visi timbul dari pengalaman masa kemudian seorang pemimpin atau sejarah orang-orang di sekelilingnya. Visi seharusnya memenuhi kebutuhan orang lain, dan visi lebih dari sekedar melibatkan orang lain melainkan juga memdiberi nilai tambah kepada orang lain. Salah satu laba dari visi yakni menarikdanunik sumbangan dana serta sumber-sumber lainnya, bersifat menantang dan mempersatukan orang. Makara dari uraian di atas sanggup dilihat bahwa visi ialah penggalan yang tidak sanggup dipisahkan dari seorang pemimpin tanpa visi, pemimpin tidak akan mengetahui apa yang harus dikerjakannya lantaran tidak mempunyai tujuan. Visi timbul dalam diri seorang pemimpin dan melibatkan orang banyak dan diharapkan sanggup memdiberi nilai tambah dalam kehidupan orang lain.

14 Pemberdayaan Manusia
Adalah dimana seorang pemimpin membangun bawahannya, memdiberi mereka sumber-sumber daya, wewenang, serta tanggung jawaban, kemudian melepaskan mereka untuk mencapainya. “Model kepemimpinan yang memberdayakan akan menjauhkan diri dari kekuasaan atas dasar posisi dimana tiruana orang didiberikan kiprah kepemimpinan biar sanggup berkontribusi sepenuhnya” (Maxwell.2001:227). Hanya orang-orang yang diberdayakanlah yang sanggup mencapai potensinya. Seorang pemimpin tidak sanggup melaksanakan segala pekerjaannya sendiri oleh lantaran itu diharapkan karyawan atau staf (tidak ada yang akan bergerak sebelum anak buah menciptakannya bergerak), dengan demikian seorang pemimpin bisa mengembangkan dan dimenolong dalam pelaksanaan harapan sebagai pemimpin. Sebagian pemimpin melanggar aturan pemberdayaan:
a. Ingin mempunyai kepastian kerja
Seorang pemimpin yang lemah khawatir bahwa jikalau pemimpin memmenolong para bawahannya, maka posisinya akan sanggup digantikan. Namun sesungguhnya, satu-satunya cara untuk menyebabkan diri seseorang tidak tergantikan yakni justru menyebabkan diri sanggup digantikan. melaluiataubersamaini kata lain, jikalau pemimpin terus memberdayakan dan memmenolong orang lain berkembang biar bisa mengambil alih kiprah pemimpin maka pemimpin akan menjadi sedemikian berharga bagi organisasi sehingga tidak tergantikan. Itulah paradoks Hukum Pemberdayaan (Maxwell.2001:228).
b. Menolak perubahan
Berdasarkan sifatnya, pemberdayaan itu membawa perubahan terus-menerus lantaran mendorong orang untuk bertumbuh serta diberinovasi, padahal John Steinbeck menyatakan “adalah sifat insan untuk memprotes terhadap perubahan dengan bertambahnya usia, terutama, perubahan demi kebaikan” (Maxwell.2001:228).
c. Tidak mempunyai harga diri
Banyak orang mendapatkan nilai pribadi serta harga dirinya dari pekerjaannya atau posisinya. Ancamlah untuk mengubah salah satunya, maka sanggup mengancam harga dirinya. Itulah yang menghambat aturan pemberdayaan (Maxwell.2001:229).
Dari uraian di atas Maxwell menggambarkan bahwa kepemimpinan perlu untuk mengembangkan orang lain, menyebabkan orang lain pemimpin-pemimpin gres yang sanggup memimpin orang lain. Jika seorang pemimpin sanggup melahirkan pemimpin yang sama dengannya atau bahkan lebih besar darinya maka pemimpin mempunyai posisi yang tidak sanggup tergantikan lantaran pemimpin sudah memmenolong orang lain mencapai sukses. Kunci dalam memberdayakan orang lain yakni keyakinan yang besar terhadap orang lain. “memperbesar orang lain akan memperbesar anda” itulah dampak aturan pemberdayaan (Maxwell.2001:229)

LihatTutupKomentar