-->
Makalah Pengembangan Aliran-Aliran Tipologi Lengkap

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Allah SWT.,atas limpahan karunia dan hidayahnya.  Shalawat dan salam pula dihaturkan kepada Rasulullah SAW., insan istimewa  yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya yaitu kebenaran, yang seluruh perbuatannya yaitu kebaikan. Sehingga penulis dapat  menyelesaikan penulisan  makalah ini tepat waktu.
            Rasa terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ruslan, S.Pd., M.Ed, sebagai Dosen Pembimbing mata kuliah Psikologi Kepribadian yang sudah membimbing penulis menuntaskan penulisan makalah ini.
            Penulis membuat makalah yang berjudul “Makalah Pengembangan Aliran-Airan Tipologi” ini berdasarkan  tugas yang sudah didiberikan oleh dosen pembimbing.
            Dalam penulisannya terdapat banyak sekali kesalahan dan belum sempurnanya.  Penulis juga mengalami kendala-kendala yang sedikit menghambat proses  penulisan. Karenanya, penulis mendapatkan Koreksi dan masukan untuk perbaikan  pembuatan makalah-makalah diberikutnya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat uang biasa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Berbagai penelitian pertama terkena struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasi dan menamai karakteristik permguan yang menerangkan sikap individu. karakteristik yang umumnya menempel dalam diri seseorang yaitu malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut ditunjukkan dalam aneka macam situasi disebut sifat-sifat kepribadian.
Perkembangan kepribadian seseorang dimulai dari masa remaja dengan ciri-ciri aktualisasinya dengan kematangan individu itu sendiri dan motivasi memang sudah dibawa pada masa kanak-kanak semata-mata kepribadian itu belum dimiliki. Faktor sikap, bakat, kecakapan, minat, dan perasaan sangat kuat terhadap perkembangan kepriadian seseorang. Juga kebutuhan dan motivasi serta tujuan seseorang berperilaku sangat menentukan kepribadian seseorang. Demikian pula dengan persepsi sesorang. Faktor ekstrinsik atau faktor yang hadirnya dari luar menyerupai sosialisasi, faktor budaya, nilai, ideologi, politik dan sebagainya akan pula kuat terhadap kepribadian.

1.2. RumusanMasalah
1.      Apa saja tipe-tipe psikologi kepribadian seseorang ?
2.      Jelaskan definisi tipologi yang berdasarkan temperamen?
3.      Jelaskan definisi tipologi berdasarkan G.eward ?
4.      Bagaimana klarifikasi tipologi berdasarkan kant dan neokantinisme ?

1.3. Tujuan Penulisan:
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengembangan aliran-aliran tipologi .
2.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian tipologi dalam bentuk temperamen.
3.      Untuk mengetahui dan memahami macam-macam tipologi kepribadian.
4.      Untuk mengetahui arti teori kant dan neokantinisme.

1.4. Manfaat Penulisan
1.  Manfaat bagi mahasiswa dibutuhkan sanggup meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap Tipologi Kepribadian.
2.  Manfaat bagi penulis sendiri selain untuk meningkatkan pemahaman penulis sekaligus juga sebagai salah satu syarat evaluasi pada mata kuliah Teori Kepribadian.

BAB II
PAMBAHASAN

2.1. Pengembangan Aliran –Aliran Tipologi
            Dalam perkembangan psikologi kepribadian sehabis memasuki kurun gres ilmu pengetahuan khususnya lapangan kehidupan sosial-politik, psikologi kepribadian makin memegang peranan penting sebagai inti dalam penerjemahan sikap insan baik secara individu maupun kelompok. pada dasarnya, pengembangan ilmu jiwa yaitu pengembangan dari filsafat yang terus menerus  mencari jalan dan identitas kebenaran secara adil melalui penelitian dan pengembangan teori, serta hipotesis teori ilmu pengetahuan. Beberapa tokoh yang di kategorikan pencetus ilmu pengetahuan, khusunya ilmu jiwa kepribadian yang akan dikemukakan, antara lain:
a.       Tipologi  dari Kant dan Neo Kantianisme
b.      Tipologi dari TH. Enselhanz
c.       Tipologi dari Ludwing Klages
d.      Tipologi dari E. Meumann, dan
e.       Tipologi dari G. Ewarld

2.2.  Tipologi Kant Dan Neo Kantianisme
1.Tipologi Kant
Immanuel kant membawa pada perenungan perihal perkembangan kejiwaan manusia. Aspek psikologis tidak sanggup dipisahkan dari aspek jasmaniah yang terikat menjadi satu kesatuan dalam pribadi seseorang. Kant terlebih lampau membagi dua pengertian dari satu  subtansi antropologi insan sebagai diberikut.
-          Watak/karakter dipandang sebagai suatu yang normatif. Watak/karakter potensi kejiwaan atau sebagai kualitas yang sanggup membedakan individu dengan individu lainnya.
-          Temperamen dianggap sebagai potensi kejiwaan yang dipengaruhi oleh aspek fisiologis. Aspek fsiologis yaitu aspek yang paling memegang peranan penting dalam mempersembahkan reaksi dan merespons suatu ransangan dari luar yang dialami oleh seseorang.
Kant beropini bahwa temperamen dianggap sebagai tidak kepekaan seseorang terhadap stimulun dari luar dirinya, yang mempengaruhi dirinya dalam arti psikis atau fsiologis. Sementara itu abjad ditempatkannya sebagai cara berpikir dan bertindak seseorang dalam menyesuaikan diri. Temperamen mengandung dua aspek yang saling memengaruhi dalam satu situasi yang bersamaan sebagai diberikut.
-          Aspek fsiologis perihal konstitusi tubuh termasuk sruktur fungsi dan organ tubuh. Temperamen yaitu kemampuan atau kualitas sifat yang dibawa semenjak lahir. Kualiatas sifat ini biasa juga disebuat perangai,tabiat, atau watak yang berkaitan dengan norma-norma hidup. Biasa yang mudah berperasaan tergugah atau murka disebut temperamental.
-          Aspek psikologis yaitu kecenderungan acara kejiwaan oleh komposisi dan keseimbangan cairan darah dalam tubuh. Artinya seseorang yang terganggunya fungsi hati atau empedunya akan menjadi satu indikasi atau faktor penyebab berubahnya perasaan, emosi, kehendak, kemauan, keinginan, berlanjut gangguan perasaan. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa aspek psikologi seluruh pendapat ahli, temperamen itu dibedakan menjadi dua macam, yaitu rangkuman dari pendapat para tokoh kantianis dan para psikologi era milenium ketiga antara lain:
a.      Temperamen didominasi dan diwarnai oleh perasaan yang pertanda dua tipe, yakni sanguinis dan melankolis.
b.      Temperamen yang diwarnai oleh acara kegiatan apa saja dan pertanda pula dua tipe,  yakni koleris dan plegmatis.
Immanuel Kant (Sumadi, 2001) mempersembahkan citra terkena kepribadian sebagai diberikut:
  • Tipe sanguin: mempunyai banyak kekuatan, semangat, dan sanggup membuat lingkungannya bangga atau senang.
  • Tipe plegmatis: pribadi yang cenderung tenang, sanggup menguasi dirinya dengan baik, dan bisa melihat permasalahan secara baik dan mendalam.
  • Tipe melankolik: pribadi yang mengedepankan perasaan, peka, sensitif terhadap keadaan dan mudah dikuasai oleh mood.
  • Tipe kolerik: pribadi yang cenderung berorientasi pada tugas, disiplin dalam bekerja, setia dan bertanggung jawaban.
  • Tipe asertif: pribadi yang bisa menyatakan ide, pendapat, gagasan secara tegas, kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain.

a.       Temperamen sanguinis (orang dengan darah enteng )
Temperamen ini ditandai oleh sifat yang mudah dan kuat mendapatkan kesan (pengaruh kejiwaan), tetapi yang tidak mendalam dan tidak tahan lama. Adapun sifat-sifat khas golongan ini yaitu :
-          suasana perasaannya selalu penuh harapan, segala sesuatu pada suatu waktu dipandangnya penting, tetapi sebentar kemudian tidak dipikirkannya lagi, sering menjanjikan sesuatu tetapi jarang menepatinya, lantaran apa yang dijanjikanya itu tidak diperkirakannya secara mendalam apakah beliau sanggup memenuhinya atau tidak.
-          melaluiataubersamaini senang menolong orang lain, tetapi tidak sanggup digunakan sebagai sandaran.
-          Dalam pergaulan peramah dan periang.
-          Umumnya bukan penakut, tetapi kalau bersalah sukar bertaubat, beliau menyesal, tetapi sesal itu lekas lenyap.
-          Mengenai soal-soal “zekelijk” lekas bosan, tetapi terkena soal permainan atau hiburan tidak jemu-jemunya.
b.      Temperamen melancholis (orang dengan darah berat)
Suasana batinnya mudah tertekan, percaya dirinya rendah, dan selalu menunda pekerjaan. Sifat-sifat khas temperamen ini yaitu :
-          Semua hal yang bersangkutan dengan dirinya dipandangnya penting dan selalu disertai dengan syakwasangka atau bimbang.
-          Perhatiannya terutama tertuju kepada segi kesukaran-kesukarannya.
-          Tidak mudah membuat janji, lantaran beliau berusaha akan selalu menepati kesepakatan yang sudah dibuatnya, tetapi hal ini dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan moral melainkan lantaran kalau tidak menepati kesepakatan itu sangat merisaukan jiwanya, hal ini juga mengakibatkan beliau kurang percaya dan tidak mudah mendapatkan keramah-tamahan orang lain.
-          Suasana perasaannya umumnya juga berperihalan dengan suasana perasaan sanguinicus, hal ini mengakibatkan mengurangi kepuasan akan keadaanya dan kurang sanggup melihat kesenangan orang lain.
c.       Temperamen choleris (orang dengan darah gerah )
Ia seorang dinamis, mudah berkomunikasi dengan orang lain, terbuka, seorang pemimpin, selalu mau unggul, menguasai, bisa berkopetensi secara intesif, dan agresif. Akan tetapi orang menyerupai ini sukar mendapatkan masukan orang lain. Sifat khas golongan temperamen ini yaitu :
-          Lekas kebakar tetapi juga lekas padam atau tenang, tampa membenci.
-          tindak –tindakkanya cepat, tetapi tidak constant.
-          Selalu sibuk, tetapi dalam kesibukannya  itu beliau lebih suka memerintah dari pada mengerjakannya sendiri.
-          Nafsunya yang terutama ialah mengerjakan kehormatan, suka sibuk dimata orang banyak dan suka dipuji secara terang-terangan.
-          Suka pada sikap tiruan dan formal.
-          Suka bermurah hati dan melindungi, tetapi hal yang dilakukannya bukan lantaran beliau akung kepada orang lain, melainkan lantaran akung kepada diri sendiri, alasannya yaitu dengan berbuat demikian itu beliau akan mendapatkan penghargaan.
-          Dalam berpakaian selalu cermat dan rapi, lantaran dengan demikian itu beliau Nampak lebih cendekia dari pada yang sebenarnya.
d.      Temperamen phlegmatic (orang dengan darah dingin)
Phlema berarti ketidak lembaman, jadi berarti tidak malas. Phlema sebagai kelemahan ialah kecenderungan kearah ketidakpekaan, alasan yang kuat tidak cukup meransangnya untuk bertindak, ketidakpekaan ini mengakibatkan adanya kecenderungan kearah kejemukan dan mengantuk. Sifat khas golongan temperamen ini ialah :
-          Lambat menjadi gerah, tetapi gerahnya itu tahan lama.
-          Tidak mudah marah.
-          Darah yang hambar itu tak pernah dirisaukannya.
-          Cocok untuk tugas-tugas ilmiah.
melaluiataubersamaini sengaja pencandraan kant ini dikemukan dengan agak mendetail, lantaran pencandraan ini nanti teryata besar pengaruhnya terhadap ahli-ahli yang lebih kemudian. Dalam pada itu masih ada satu hal lagi yang perlu dikemukakan, yaitu kasus temperamen campuran. Menurut kant temperamen adonan itu tidak ada, lantaran :
-          Temperamen-temperamen yang berperihalan tak mungkin berkombinasi, jadi tak akan ada kombinasi antara melacholis dan sanguinis, ataupun antara choleris dengan phlegmatic.
-          Kombinasi-kombinasi yang lain, menyerupai kombinasi antara sanguinis dan choleris, ataupun melacholis dengan phlegmatis akan saling menetralkan, jadi tak mungkin ada.

2. Tipologi Neo- Kantianisme
Salah seorang neo- kantianis yang populer yaitu enselhans. Karyanya dalam lapangan psikologi kepribadian adalah: character bildung (1908). Berbeda dari kant, beliau membatasi temperamen pada segi perasaan saja, alasannya yaitu beliau beropini memang spesialuntuk itulah yang ada, apa yang disebut oleh kant temperamen kegiatan itu berdasarkan beliau pada hakikatnya yaitu konstitusi afektif yang menentukan kegiatan dalam relasi dengan kehidupan kemauan. Kepribadian orang Nampak dari tindakan-tindakannya dan tindakan itu selalu tindakan kemauan, sedang kemauan itu yaitu penjelmaan dari pada temperamen.
Adapun temperamen itu tergantung kepada dua hal pokok, yaitu:
a.       Kepekaan kehidupan afektif, yaitu mendalam dan tidaknya imbas perangsang.
b.      Bentuk insiden afektif, dan ini tergantung kepada dua hal lagi yaitu:
-          Mobilitas perasaan, dan,
-          Kekuatan perasaan.
Kedua hal di atas itu, yaitu kepekaan kehidupan afektif dan bentuk insiden afektif, menjadikan kekuatan penggerak dari pada perasaan, dan selanjutnya ini ialah implus bagi motif kemauan.

2.3.Tipologi Th. Enselhanz
TH. Enselhanz menyimpulkan bahwa pendapat Kant ialah dasar dari psikologi kepribadian yang dikelompokkan dalam character building. yang tulisannya diterbitkan pada tahun 1908. Ia ialah "pelopor Neo Kantianisme. Pendapat Enselhanz ini membatasi unsur-unsur kepribadian, yang konstitusi efektifnya menentukan kegiatan dalam "kehidupan Kepribadian atau abjad seseorang spesialuntuk-tampak dari tindakan-tindaknya. Tindakan-tindakan itu selalu didorong oleh kemauan, sedangkah kemauan ialah penjelmaan dari temperamen, yang sanggup diilustrasikan diberikut ini. " 

Gambar di atas menunjukkan bahwa dari kemauan diiringi dengan tindakan menggambarkan kadar temperamen seseorang. Temperamen ini tergantung pada dua unsur pokok sebagai diberikut.
1.      Sejauh mana kualitas rangsangan yang diterima seseorang, yang me­lahirkan kepekaan kehidupan afektif.
2.      Terbentuk dan munculnya afektif seseorang tergantung pada dua hal, yakni mobilitas atau kadar gerak daripada perasaan, serta intensitas dan kekuatan perasaan.
Kedua unsur di atas menjadikan kekuatan penggerak perasaan sese orang, yang selanjutnya menjadi impuls bagi motif kemauan. Dari gabungan pendapat psikologi terlampau mulai Kretschmer hingga Immanuel Kant, Enselhanz menggolongkan insan ke dalam empat tipe. Dari empat tipe itu terbagi dua lagi, setiap tipe Enselhanz mendapatkan sumbangan golongan ini menjadi delapan, dengan dasar pertimbangan atas imbas cairan dalam tubuh yang memengaruhi temperamen yang dilampaui oleh bentuk insiden afektif, menyerupai yang diuraikan penggalan uraian Enselhanz. Pembagian golongan tipe ini juga dipengaruhi oleh beberapa variasi aneka macam hal yang ialah unsur-unsur temperamen.

Tabel Penggolongan Time Menurut Enselhanz
Temperamen
Kepekaan kehidupan -afektif
Afektif
Mobilitas
Bentuk kejadian

Kekuatan penggerak
dan perasaan
Sifat khas/ golongan
Sanguinis
Tak mendalam
Berganti-ganti
Lemah
a. Kuat
b. Lemah
• Orang ulet yang lincah
• Orang yang murung
Melankolis
Mendalam
Tetap
Kuat
a. Kuat
b. Lemah
• Orang ulet yang penuh cita-cita
• Orang murung yang pelamun
Koleris
Tidak l Mendalam
Berganti-ganti
Kuat
a. Kuat
b. Lemah
• Orang yang kemauannya hebat
• Orang yang bersikap masa bodoh
Plegmatis

Tetap
Lemah
a. Kuat
b. Lemah
• Orang yang berdarah dingin, pemikir dan kritis
• Orang yang bersikap masa bodoh

Menurut Enselhanz, ada dua aspek watak/karakter, yaitu
a.       Aspek formal yang meliputi beberapa aspek sifat konsekuen, menggambarkan ke­seragaman tindakan-tindakan, berkemauan kuat, ulet, dan kebebasan yang ialah kualitas kemauan.
b.      Aspek materil, berupa arah daripada kemauan tindakan apakah baik atau buruk.

2.4. Tipologi Ludwig Klages
Klages Merupakan tokoh filsafat dan psikologi yang menyatakan bahwa psikologi kepribadian ialah cabang dari psikologi secara umum. Ia menjadi psikologi kepribadian sebagai inti dari filsafat kemanusian.
Memang harus diakui bahwa ilmu pengetahuan dikembangkan oleh negara negara Eropa pada zamannya, bersamaan dengan pendudukan daerah-daerah jajahannya sehingga tempat jajahan spesialuntuk mengenal pencetus ilmu pengetahuan selain listrik dan mesin-mesin baik seienet maupun ilmu pasti. Sesungguhnya, sebagian besar ilmu-ilmu terapan ditemukan dan dikembangkan oleh bangsa-bangsa Asia, khususnya Asia dan Asia Timur bagian tengah.
Pada dasarnya, pemikirannya tidak terlalu jauh perbedaannya dengan pendapat mahir terlampau, di mana sebagian ahli menentukan kelompok kepribadian melalui pendekatan pensifatan. Salah satu cara pendekatan yang tidak disetujui oleh Klages yaitu penentuan corak kepribadian seseorang melalui pendekatan tipologis, khususnya berdasarkan sumbangan Kretschmer. Klages beropini bahwa bentuk tubuh tidak sanggup sepenuhnya mewakili pensifatan seseorang baik secara individu maupun sosial.
melaluiataubersamaini dasar ini, Klages menyusun teorinya mendekati sifat-sifat, khususnya secara menyeluruh untuk menentukan tipe kepribadian seseorang sebagai diberikut.
 1)   Stoff (materi atau bahan).
2)   Structurc (struktur).
3)  Artung (kualitas sifat-sifat yang dimiliki seseorang).
1.   Materi atau materi yang ialah salah satu aspek dari kepribadian, meliputi tiruana kemampuan (daya) pembawaan bersama, dengan ciri-ciri keistimewaannya atau spesifikasi bawaan dari hereditasnya. Jasad materi ini ialah unsur pertama yang secara kodrati digunakan dan dikembangkan oleh manusia. Menurut Klages, ingatan dan daya mengenang kembali secara mekanisme tidak sama. Ingatan ialah suatu kenyataan vital, daya untuk mengingat kembali kesan-kesan, dan membandingkan kesan yang usang dengan yang baru.4 Maksudnya, potensi kejiwaaan yang sanggup menampung pengalaman-pengalaman yang tersimpan sebagai penggalan dari kualitas mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang tersimpan itu. Ingatan ini berfungsi tanpa disadari. Tanpa ingatan kita tidak sanggup mengenal kembali sesuatu, sama dengan tidak sanggup berbuat dan bertindak untuk kebutuhan pribadi. Berarti, tanpa ingatan, kita tak sanggup mengenal perubahan-perubahan, serta berbuat sebagai harapan-harapan hidup, tidak akan sanggup membedakan mana yang benar dan salah, tidak akan mengenal perbedaan waktu. Seseorang juga tak sanggup berangan-angan tanpa ingatan. melaluiataubersamaini ingatan insan sanggup mengingat kembali (recognition); mempunyai kebiasaan tingkah laku; mempunyai harapan-harapan akan kesan-kesan yang diterimanya, dan mengenang kesan-kesan yang keliru sebagai jawaban dari jarak waktu dan berfantasi. Ingatan itu sendiri mempunyai spesifikasi secara kualitas dalam jiwa insan sebagai bentuk sifat ingatan itu, yakni tajam/kuat, dalam, dan setia. Daya mengenang kembali, kemampuan kejiwaan mereproduksi kem­bali tanggapan-tanggapan usang untuk menyesuaikan tanggapan-tanggapan baru. Salah satu bentuk kesetiaan ingatan dari seseorang ialah bisa mengangkat kembali pengalaman-pengalaman yang lalu, berdasarkan kenyataan yang dihadapi dikala sekarang. Ingatan dan mengenang kembali yaitu dua hal yang ada pada seseorang, tetapi belum tentu mempunyai relasi positif. Kenyataan sehari-hari sanggup kita lihat individu yang mempunyai ingatan yang kuat sekali, tapi apa yang ada dalam ingatannya itu sukar sekali untuk ditimbulkan (direproduksi) dalam alam kesadarannya. Namun, banyak juga individu yang ingatannya tidak kuat, dan tidak sanggup menyimpan kesan kesan dengan baik, tetapi apa yang ada dalam ingatannya itu dengan mudah dapat direproduksi kembali dalam alam kesadaran. Ingatan kuat berarti kekuatan untuk mereproduksi keseimbangan.
melaluiataubersamaini adanya kedua jenis kenangan yang tidak sama kekuatan dan ketajamannya sehingga sanggup diterka corak kepribadian seseorang. Seseorang yang memperoleh kenangan dengan imbas memdiberi nuansa usaha yang berat, akan melahirkan corak kepribadian koleris yang kuat, ekstrovert. Begitu juga dalam bidang pekerjaan yang ditekuni berorientasi pada target, yang selalu menekankan pada hasil dan ia sanggup berkembang dengan tentangan dari luar. Hubungan sosial orang yang demikian, sedikit banyak menyukai orang bila ia bisa memperalat, dan biasanya orang menyerupai ini tidak perlu orang yang setara dengannya, lantaran ia memang selalu ingin menguasai. Ia harus selalu benar dari pendapat orang lain. Ia mau memimpin, tetapi tidak sanggup menjadi manajer yang baik, selalu unggul dalam keadaan darurat di satu organisasi.
melaluiataubersamaini demikian, menjadi kesan gres yang oleh Klages sanggup lahir sebagai kuantitas, kualitas, dinamika, dan kapasitas tanggapan-tanggapan baru. Tanggapan-tanggapan gres inilah yang merangsang untuk berkemauan, dan bertindak yang memdiberi warna tipe kepribadiannya. Oleh lantaran itu, Klages membedakan antara kuantitas tanggapan, kualitas tanggapan, dinamika tanggapan, dan kapasitas tanggapan sebagai diberikut.

1. Kuantitas Tanggapan
Kuantitas tanggapan yaitu jumlah respons yang ditetapkan keluar atau diekspresikan keluar oleh seseorang. Orang yang menyerupai ini bisa dilihat dikala berbicara, yang seolah-olah menguasai seluruh duduk kasus dalam hal berbicara. Setiap yang diucapkan seperti dikeluarkan dari gudang perbendaharaan tanggapannya. Namun, terkadang kita mendengar ucapan yang tidak sesuai atau ucapannya tidak mencakup. Artinya, penuh atau kosongnya kaya atau miskinnya tanggapan seseorang menentukan tipe/corak kepribadian seseorang. Meskipun demikian, jumlah banyaknya tanggapan belum tentu sanggup memdiberi atau menunjukkan corak kepribadian seseorang lantaran masih banyak faktor dan unsur lain yang ikut menentukan tipologi dan corak kepribadian seseorang. Satu catatan, pemakaian kata corak di sini menunjukkan kepribadian seseorang tidak dimonopoli satu potensi, baik potensi (pengaruh) dari luar maupun bawaan atau dari dalam. Artinya, makin banyak tanggapan atau pengalaman dalam pergaulan dan adaptasi diri dengan lingkungan, sanggup memdiberi sumbangan besar dan memperkuat daya kombinasi, serta potensi kejiwaan lainnya, menyerupai daya improvisasi, fantasi, intuisi, dan kreasi yang menentukan kualitas ekspresi diri dalam menyatakan pendapat dan menyusun hipotesis sebagal citra ke-dirian seseorang. Kepekaan kesan-kesan dan pengalaman melalui indra penglihatan dan pendengaran, khususnya bagi orang yang bertipe visual dan auditif, ialah penggalan yang tak terpisahkan dari kepekaan dan ketajaman tanggapan untuk mereproduksi segala pengalaman-pengalaman yang memdiberi sifat kepribadian seseorang.

2. Kualitas Tanggapan
Kualitas tanggapan yaitu adanya appresepsi yang saling berhadapan dan berperihalan, atau perbedaan-perbedaan antara tangggapan/appresepsi yang satu dengan tanggapan lain. Misalnya, presepsi yang satu sifatnya pasif, sedangkan yang satunya berhadapan dengan presepsi aktif. Istilah Klages, adanya perbedaan-perbedaan antara kualitas hangat dan kualitas dingin, sensualis dengan spiritual, lahiriah dan batiniah. Kualitas ini menampakkan appresepsi yang berlawanan, contohnya ada orang yang stabil mempunyai ingatan yang segar, sebaliknya ada juga orang yang appresepsi-nya. atau ingatannya karam dan berwajah muram dan beku. Hal ini ditentukan oleh kuantitas dan kualitas tanggapan yang sudah diterima dan bisa direproduksi kembali untuk menyatakan sikap diri atau keakuan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari, sanggup dilihat imbas tanggapan dalam bentuk yang ekstrim, yakni orang yang sensualis8 yang cara berpikirnya konkret dan pragmatis. Sementara itu, lawannya ialah orang yang spiritual cara berpikirnya absurd dan idealis. Perbedaaan yang menyerupai ini, umumnya ada antara golongan yang muda dengan golongan tua. Golongan muda kerap dikuasai hal-hal yang idealis, sekalipun tidak sanggup direalisasikan sehingga timbul apa yang disebut fantasi-fantasi, dan pada taraf yang ekstrim sanggup terjangkit ilusi dan halusinasi. Sebaliknya, golongan renta sudah berpikir arif dan bijaksana, umumnya mereka lebih banyak bersikap hambar pada hal-hal yang bersifat materi dan lahiriah.
3. Dinamika Tangggapan
Dinamika tanggapan yaitu sejauh mana tanggapan setia berada pada seseorang menjadi dasar renungan dan bersikap, atau sebaliknya setiap tanggapannya lebih cepat silam. Orang yang setia tanggapannya lebih banyak terpengaruh dengan pengalaman-pengalaman dalam bertindak, begitu pun sebaliknya. Menurut tipologi Heymans, orang yang letia tanggapannya dan cepat menghilang pengalaman-pengalaman yang gres saja terjadi dinamai orang berfungsi primer dan berfungsi sekunder. Oleh lantaran itu, dinamika tanggapan menjadi salah satu aspek yang menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam tanggapan. Seseorang yang tidak pernah tetap pada sesuatu tanggapan pilihan atau pendirian (idet 'envluncht) dapai dikategorikan orang yang absurd sekalipun kelihatannya sehat berpikir.

4. Kapasitas Tanggapan
Setiap orang yang mendapatkan kesan dari luar maka yang berperan mengada­kan seleksi dan penerimaan yaitu kemampuan jiwa yang menstrukturis. isi pengalaman-pengalaman, dan menyimpannya dalam alam batin baik ada yang disadari maupun ada yang tidak disadari. Hal yang mengadakan seleksi, berpikir, mengalami,  merasai,  menghendaki,  disebut das ich, artinya sentra alam jiwa yang disadari1" disebut das bewuzte, sedangkan alam jiwa yang tidak disadari disebut das unbewuszte, yang sebagian besar alam tak sadar memenuhi jiwa seseorang dalam kesehariannya. Hampir tiruana kesan kesan yang diperoleh dari luar tersimpan dalam alam tak sadar, atau disebut pedalaman jiwa. Sebaliknya, pengalaman yang sangat berkesan dapai tersimpan usang dalam alam kesadaran. Klages beropini bahwa kesadaran dapat digambarkan sebagai dua medan, yakni penggalan dalam jiwa menyerupai daerah ketidaksadaran dan penggalan luar yang bekerjasama eksklusif dengan pancaindra, yaitu daerah kesadaran.
Sementara itu, Klages dalam bukunya, yang penulis kutip dengan terjemahan bebas, menyatakan bahwa ketika seseorang mendapatkan stimulus atau kesan gres diterima masuk dalam alam batin kalau kesan itu diterima, dikembangkan, dan diinterpretasikan sesuai keinginan dan kemauan seseorang maka ia akan bisa menyesuaikan diri. Seseorang sanggup mengantisipasi segala hal-hal yang berperihalan dengan batinnya. Makin besar kesan dan pengalaman seseorang, makin kaya dalam tanggapan­ tanggapan atau pengetahuan yang menuntun kesadaran. Selanjutnya, setiap kesan gres diserap oleh alam batin, dan bila batin insan berkembang dengan baik, ia akan ialah medan atau wilayah seleksi stimulus dari luar. Ada orang yang sangat peka dalam mendapatkan kesan secara mendalam dan alam batin sebagai pemeran utama. Sebaliknya, ada orang yang mendapatkan kesan-kesan itu dari luar dihayati sambil kemudian saja, tidak mendalam. Oleh Klages golongan yang pertama, yakni yang mendalam menempatkan pada alam batinnya disebut golongan introspektif, oleh Jung disebut golongan yang bertipe introvert. Sedangkan golongan kedua yang mendapatkan kesan dari luar dianggap kesan seadanya dan tidak mendalam penerimaan batinnya, disebut ekstrospektif. Artinya, dunia luar yang memegang peranan memengaruhi penghayatan batin seseorang disebut juga ekstrovert.
Kemampuan dalam menghayati dan mereproduksi tanggapan-tanggapan itu terbagi lima golongan insan sebagai diberikut.

a. Appresepsi yang Pasif-Aktif
Appresepsi yang pasif-aktif ialah orang-orang yang kuat dan cepat mendapatkan kesan-kesan, tetapi usang sekali kecakapannya untuk mengolah kesan-kesan itu sehingga susah presepsi itu menjadi setia atau susah menjadi miliknya. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang menyerupai ini pasif terhadap kesan-kesan yang diterimanya. Kesan yang diterima seolah-olah dianggap angin kemudian saja. Selain itu, ada juga orang-orang yang selain cakap dan kuat mendapatkan kesan-kesan, juga kemampuan appresepsi-nya. kuat sekali. Orang yang menyerupai ini disebut aktif. Seluruh kesan-kesan yang diterimanya diolah dengan sempurna. Ia mempunyai kecakapan untuk menyeleksi dan menimbang dan menghubungkan seluruh kesan yang diterima, dan menjadikan materi appresepsi untuk dieksplorasi menjadi apresiasi batin dan tingkah laku. Keaktifan menyerupai ini ialah prasyarat disposisi dialektik dalam menilai dan menentukan sesuatu.

b. Appresepsi yang Vital dan Spiritual
Appresepsi yang vital dan spritual ialah orang yang tergolong hayati atau vitalistis, ia yang selalu didorong oleh kebutuhan kebutuhan hidup vital. Segala sesuatu yang diterimanya sebagai rangsangan atau kesan selalu, disandarkan pada keterhubungan dengan kebutuhan vang vital Biasanya, kesan ini ialah corak tertentu terhadap penerimaan kesan kesan sekaligus ialah isi dari appresepsinya terhadap sesuatu Appresepsinya selalu berkaitan dengan hal-hal yang pragmatis, dan dapai berguna bagi kebutuhannya sesuai jalan pikirannya. Menurut Klages, Goct lu adalah orang yang bertipe ini, yang mementingkan kehayatan (vitality). Penghayatan dalam kehidupan yaitu yang primer, atau menjadi dasar hayati yang utama dalam kehidupan manusia. Orang menyerupai ini selalu dalam posisi menentukan dan memikirkan segala sesuatu yang berkhasiat untuk hidup seseorang Demikian pula sebaliknya, ada juga kelompok yang dikuasai oleh acara kerohaniannya. Kelompok menyerupai ini lebih mengutamakan pengertian pengertian yang logis melalui perenungan. Mereka sanggup kita jumpa pada seniman dan kaum romantik. Klages menyatakan bahwa masing masing kedua kelompok yang sudah disebutkan, ada yang lebih menuntut logika berdasarkan perenungan, ada juga yang lebih mementingkan kenyataan yang dihadapi atau apa yang dibutuhkan sekarang. Pendapat ini pun menyandera kaum wanita yang lebih banyak memikirkan dan mementingkan ke­butuhan pokok dalam kehidupan yang bersifat material dan emosional, sedangkan kaum laki-laki digolongkan sebagai kelompok yang lebih mementingkan objektivitas atas hasil pertimbangan akalnya. Umumnya, laki-laki perhatian dan pertimbangannya lebih banyak tertuju pada hal-hal yang absurd terkena pengertian berdasarkan pertimbangan mantik, logika, sedangkan wanita lebih tertuju pada hal-hal yang konkret, ter­utama pada kebutuhan hidup yang praktis.
c. Appresepsi yang Bersifat Subjektif dan Objektif
Orang yang mengolah rangsangan dari luar sangat dipengaruhi dan dijiwai oleh kepentingan sendiri dinamai beappresepsi subjektif. Orang yang menyerupai ini, spesialuntuk sanggup memdiberi evaluasi pada hal-hal yang bersifat materi dan mendukung kepentingannya sendiri. Ia sebagai subjek sentra perhatian dan menjadi ukuran terpenring dari aspek-aspek lainnya, dalam menanggapi sesuatu untuk diapresiasikan dalam sikap laris atau bereaksi dari segala macam stimulus, termasuk evaluasi terhadap kebenaran dan kenyataan yang dihadapi.
Selain itu, ada juga orang atau kelompok yang menilai sesuatu, semata-mata berdasarkan pertimbangan adil. Dalam menilai suatu, objek harus dilepaskan dari kepentingan subjek. Artinya, kenyataan yangdihadapi yaitu sesuatu yang berdiri sendiri tidak sanggup dikaitkan dengan kepentingan si subjek yang menilainya. Kenyataan itu ialah kenyataan yang berdiri sendiri. Hanya terkadang golongan ini ia sanggup mengorbankan kepentingan dirinya sendiri, untuk kepentingan pihak lain atau kepentingan umum. Segala sesuatu yang menjadi kepentingan umum harus dilampaukan dari kepentingan diri sendiri atau golongan. Ekstrimitas dari golongan ini sanggup saja mengorbankan dirinya, tetapi hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kepentingan orang banyak ialah sesuatu yang menjadi kepuasan batin tersendiri, yang tak sanggup diukur dengan materi. Ekstrimitas dari golongan subjektif lebih banyak memperoleh kesenangan sesuai kebutuhan sendiri. Hal ini juga ialah kebahagiaan tersendiri, sekalipun mengorbankan orang banyak. Dalam dunia politik, orang yang menyerupai ini sangat berbahaya bagi kehidupan bernegara dan berbangsa. Akan tetapi, ada juga sekelompok kecil yang sanggup secara demonstratif mempertaruhkan kepentingan orang banyak untuk mencapai kepentingan sendiri (subjektif). Tindakan pertama golongan ini pada kenyataannya selalu menlampaukan kepentingan dan pertimbangan rasional dan kepentingan umum, tetapi di balik itu ia menyimpan suatu taktik untuk mencapai kepentingannya sendiri, kalau perlu golongan ini mengorbankan kepentingan umum.

d.   Appresepsi yang Bersifat Pribadi dan Tanggapan yang Berdasarkan Fakta
Tanggapan yang dimiliki oleh orang-orang yang bersifat pribadi dan ber­dasarkan fakta hampir sama dengan tanggapan yang bersifat subjektif dan adil. Kalau diperhatikan sepintas, sifat tanggapan ini susah membedakan tanggapan pada nomor tiga lantaran adanya proses pada unsur diri di ngan berdasarkan fakta yang juga bersifat adil. Hal yang menjadi titik perbedaan antara nomor c dan nomor d apabila tanggapan itu berpertama pada pribadi. Apabila orang yang memdiberi respons tanggapan tertuju pada segi pribadinya itu bukan masalah. Namun, arah tanggapan seseorang tertuju kepada kasus orang itu. Artinya, bukan tertuju tanggapan kepada person orang dan lebih tertarik pada masalah-masalah orang yang ditanggapi, maka tanggapan itu dinamai tanggapan berdasarkan fakta {factual}. Di dalam kepribadian yang lebih berpertama pada kasus yang memengaruhi jiwa orang yaitu perasaaan umum (general opinion) berupa perasaan kebenaran, keadilan, dan kebersamaan. Kepribadian yang lebih berpertama pada unsur pribadi seseorang, lebih kuat pada perasaan-perasaan pribadi (personalegefthle) berupa cinta pribadi, mengagumi, simpai, dan antipati pribadi. Perbedaan persepsi yang berpertama pribadi, presepsi yang tertuju kepada diri sendiri disebut subjektif, yang selalu menjadikan egonya sebagai ukuran dari tiruana kenyataan. Orang yang berwatak subjektif, tetapi tidak berpertama pada pribadi-pribadi orang yang menghadapi masalah, mengambil ego sebagai ukuran, dan melepaskan masalah-masalah itu dari pribadi masing-masing orang maka ia ber-appresepsi factual. Kesimpulannya, subjektif berpertama pada pribadinya dan adil berpertama pada kasus yang dihadapi oleh pribadi itu.

e. Appersepsi yang Bersifat Konkret dan Abstrak
Orang yang ber-appresepsi bersifat konkret selalu berdasarkan fakta materi dari kenyataan itu. Misalnya, adanya instrumen menyerupai peragaan, ilustrasi, dan sebagainya yang berkaitan dengan tanggapan yang sesuai kenyataan. Sebaliknya, orang yang bertipe absurd tidak membutuhkan alat-alat menolong cukup dengan simbol-simbol verbal yang mengandung pengertian menyerupai kata-kata atau dengan garis/tulisan.
Akan tetapi, ada orang yang bertipe factual sering atau lebih banyak ingatan baik perihal nama-nama, angka-angka, dan mempunyai kecakapan yang besar terhadap sesuatu yang bersifat khusus, tetapi ia kurang menguasai hal-hal yang bersifat umum. Orang menyerupai ini biasa juga disebut bertipe induktif. Sebaliknya, yang menguasai hal-hal yang umum disebut juga ber­tipe deduktif sekaligus auditif. Oleh lantaran itu, ada juga yang membagi tipe-tipe ini berdasarkan penguasaan ilmu-ilmu tertentu. Misalnya, orang yang bertipe absurd sanggup menjadi filosof dan mahir ilmu pasti, sedangkan orang bertipe konkret atau visual sanggup menjadi arsitektur ulung dan sejarahwan yang andal.

2.5. Teori Kepribadian G. Ewald
G. Ewald mempunyai titik-berangkat dan sudut pandangan yang tidak sama dari ahli-ahli yang sudah dibicarakan di muka, beliau berangkat dari sudut pandangan psikiatrik; karya utamanya dalam bidang teori kepribadian yaitu Temperament und Character (Berlin 1924, Basel 1925). Di dalam tinjauannya yang bersifat psikiatrik itu Ewald mem­buat perbedaan secara tajam antara temperamen dan watak.
1. Temperamen
Temperamen yaitu konstitusi psikis, yang bekerjasama de­ngan konstitusi jasmani. Makara di sini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang imbas pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald beropini bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup, ke­kuatan hidup, tegangan energi), yaitu intensitas serta irama hidup, yang mengatur kecepatan serta kekuatan kegiatan-kegiatan hidup. Biotonus ini ada selama hidup dan adanya pada diri seseorang constant, terutama tergantung kepada konstelasi hormon-hormon.
Kepada biotonus inilah tergantung faktor-faktor kejiwaan yang ialah temperamen, yaitu:
a)      intensitas dan tempo hidup, dan
b)      perasaan-perasaan vital yang menyertainya, jadi suasana perasaan (Stimung) individu.
Selanjutnya Ewald membedakan adanya tiga macam temperamen, yang pembedaannya terutama bersifat kuantitatif, berdasarkan atas kuat atau lemahnya biotonus itu, yaitu:
1) Temperamen sanguinis atau hipomanis dengan biotonus kuat,
2) Temperamen melancholis atau depresif, dengan biotonus lemah, dan
3) Temperamen biasa atau normal, dengan biotonus sedang.
2. Watak (Character)
Ewald memdiberi batasan watak sebagai totalitas dari keadaan-ke­adaan dan cara bereaksi jiwa terhadap perangsang. Secara teoritis beliau membedakan antara:
(a)    watak yang dibawa semenjak lahir, dan
(b)   watak yang diperoleh.
Watak yang dibawa semenjak lahir (angeborener Charakter, watak genotipis), yaitu aspek yang ialah dasar daripada watak, watak genotipis ini sangat erat hubungannya dengan keadaan fisiologis, yakni kualitas susunan syaraf pusat.
Watak yang diperoleh (erworbener Character, watak phaenoti pis), yakni watak yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan, pengalam-dan pendidikan.
Telah disebutkan, bahwa Ewald membuat pembedaan secara tajam antara temperamen dan watak. Apakah perbedaan antara kedua hal itu Temperamen boleh dikata tetap selama hidup, jadi tak mengalami perkembangan, lantaran temperamen tergantung kepada konstela hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup . Sedangkan watak, walaupun intinya sudah ada tetap masih mengalami pertumbuhan atau perkembangan, watak yang tergantung kepada faktor-faktor eksogen. Ewald menyusun teori wataknya atas dasar rangsangan luaran terhadap jiwa. Teorinya itu, sebagaimana yang dikutip oleh Agus Sujanto, mengatakan: “Bila kita mendapatkan rangsangan dari luar, maka rangsangan tersebut dalam diri kita diolah dan kemudian direaksikan keluar dalam bentuk perbuatan atau kelakuan (Hadhari 2012). Berdasarkan rangsangan tersebut, Ewald menyusun watak insan kepada empat yaitu:
1.        Penerimaan rangsangan, iaitu ada orang yang mempunyai kepekaan tinggiterhadap rangsangan  dan ada pula orang yang mempunyai kepekaan yang rendah.
2.        Penyimpanan kesan, iaitu ada orang yang bekas suatu kesan lebih usang tersimpan sehingga kuat kepada perbuatannya, dan ada pula orang yang bekas suatu kesan tidak begitu usang baginya yang tentu sahaja kesan tersebut tidak begitu berpengaruh.
3.        Pengolahan rangsangan. Ewald membezakan pengolahan rangsangan oleh kesedaran dan pengolahan rangsangan oleh pengaruh.
4.        Reaksi balik dari rangsangan, iaitu sebahagian orang mempunyai kemampuan mengadakan reaksi balik terhadap suatu rangsangan, yang kelihatan pada perbuatan atau kelakuannya. Sebahagian orang tidak mempunyai kemampuan mengadakan reaksi balik terhadap rangsangan.
            Itulah tipologi keperibadian insan yang didasarkan atas konstitusi psikis, yang ditinjau oleh Ewald dari rangsangan luaran terhadap jiwa seseorang.
Masing-masing stadium yang digambarkan di atas itu sanggup digunakan sebagai dasar penggolongan tipologi.
(a)      Stadium I disebut oleh Ewald Eindrucksfahingkeit, yakni kecakap; mendapatkan kesan-kesan atau kepekaan terhadap perangsang (( diberi lambang Ed). Dalam hal ini masih dibedakan lagi menjadi:
(1)       kepekatan terhadap perasaan-perasaan tinggi atau Emp nadlichkeit (didiberi lambang E).
(2)     kepekaan terhadap perasaan-perasaan instinktif atau Triebes fahigkeit (didiberi lambang Tr).
(b)   Stadium II terdiri dari dua hal, yaitu:
(1)      Retentionsfahigkeit (didiberi lambang R), yakni retensi, proses pengiring daripada apa yang tersebut di atas (stadium I); jadi masalahnya ialah apakah pengalaman-pengalaman mempunyai bekas yang mempengaruhi tingkah laris selanjutnya Dalam hal ini ada orang yang sanggup menyimpan kesan-kesan itu dalam waktu yang lama, ada yang tidak.
(2)      Intrapsychische Aktivitdt (didiberi lambang IA), yaitu kecakapan jiwa untuk mengolah kesan-kesan.
(c)   Stadium III disebut Leitsfahigkeit (didiberi lambang L) yakni kecakapan untuk menjalankan apa yang sudah diolah atau dipertimbangkan itu dalam perbuatan; jadi masalahnya ialah apakah individu sanggup merealisasikan apa yang sudah diolah atau dipertimbangkan itu.
melaluiataubersamaini pembicaraan di atas itu maka denah yang sudah dikemukakan itu sanggup disempurnakan sebagai diberikut (lihat Bagan 8).

melaluiataubersamaini dasar empat kategori Itu, maka kalau dilakukan dikotomisasi akan terdapat 2x2x2x2 atau 16 tipe manusia, yang ikhti­sarnya sanggup disaksikan pada Tabel 15. Namun Ewald beropini bahwa saling relasi serta perbandingan keempat komponen di atas itu satu sama lain itulah yang ialah kepribadian manusia.
Jadi pribadian tidak ditentukan oleh salah satu komponen yang do­minan saja, tetapi oleh keempat komponen itu bersama-sama. Dalam pada itu Ewald masih memasukkan dua komponen lagi, yaitu:

 pada individu, yang terkena hal ini pada garis besarnya sanggup dibedakan adanya
dua golongan ma­nusia, yaitu:
1)      manusia-manusia dengan pendorong besar; dan
2)      manusia-manusia dengan pendorong kecil.
(a)    Hal yang kedua, yaitu tinggi-rendahnya taraf kombinasi kompo­nen-komponen itu; di sini lagi sanggup diketemukan dua golongan manusia, yaitu:
1)      Manusia-manusia golongan taraf tinggi, dan
2)      Manusia-manusia golongan taraf rendah.
melaluiataubersamaini demikian maka balasannya akan terdapat 64 (enam puluh empat) golongan manusia.
Untuk menggambarkan aneka macam ragam kepribadian dengan lebih jelas Ewald mempergunakan rumus berdiri sebagaimana yang biasa dipergunakan dalam ilmu kimia. Hanya saja harus benar-benar di­ingat, bahwa angka-angka dalam rumus tersebut tidak berarti mate­matis mutlak, tetapi lebih bersifat ilustratif yang mengandung arti komparatif. Komponen-komponen dengan sifat-sifat atau kekuatan normal didiberi angka 10, yang lebih dari itu didiberi angka di atas sepul luh, dan yang kurang dari itu didiberi angka di bawah 10. Makara kepribadian yang ideal rumusnya adalah:

Kepribadian yang dilukiskan pada kedua rumus yang diberikut ini menyimpang dari komposisi ideal itu, namun tetap selaras:
a)    Kepribadian yang bertaraf tinggi:
b)      Kepribadian yang bertaraf rendah
Dari pengalamannya Ewald menerima kesimpulan, bahwa da­lam kenyataannya yang banyak justru komposisi-komposisi yang tidak selaras.
Juga orang-orang yang mengalami gangguan mental dilukiskan dengan rumus menyerupai di atas itu. Suatu pola bagi golongan paranoid adalah sebagai diberikut: I
Apa yang menyolok di sini ialah kesan-kesan yang bekerjasama dengan dorongan instinktif luar biasa tingginya, dan hal ini juga de­ngan kuat dijelmakan dalam perbuatan.
Karya Ewald, memdiberi citra yang agak memadai perihal betapa rumit kepribadian insan ku. Dia mencoba meneropong kepribadian insan itu dari aneka macam sudut, sehingga cara pendekat­annya yang intinya tipologis itu kemudian hingga pada hasil yang menyerupai sekali dengan cara pendekatan pensifatan.

Rangkuman
Immanuel kant membawa pada perenungan perihal perkembangan kejiwaan manusia. Aspek psikologis tidak sanggup dipisahkan dari aspek jasmaniah yang terikat menjadi satu kesatuan dalam pribadi seseorang. Kant terlebih lampau membagi dua pengertian dari satu  subtansi antropologi insan sebagai diberikut.
-          Watak/karakter dipandang sebagai suatu yang normatif. Watak/karakter pontensi kejiwaan atau sebagai kualitas yang sanggup membedakan individu dengan individu lainnya.
-          Temperamen dianggap sebagai potensi kejiwaan yang dipengaruhi oleh aspek fisiologis. Aspek fsiologis yaitu aspek yang paling memegang peranan penting dalam mempersembahkan reaksi dan merespons suatu ransangan dari luar yang dialami oleh seseorang.
Selanjutnya kant mencandra temperamen-temperamen tersebut sebagai diberikut:
1. Temperamen sanguinis (orang dengan darah enteng )
Temperamen ini ditandai oleh sifat yang mudah dan kuat mendapatkan kesan (pengaruh kejiwaan), tetapi yang tidak mendalam dan tidak tahan lama. Adapun sifat-sifat khas golongan ini yaitu :
-          Suasana perasaannya selalu penuh harapan, segala sesuatu pada suatu waktu dipandangnya penting, tetapi sebentar kemudian tidak dipikirkannya lagi, sering menjanjikan sesuatu tetapi jarang menepatinya, lantaran apa yang dijanjikanya itu tidak diperkirakannya secara mendalam apakah beliau sanggup memenuhinya atau tidak.
-          melaluiataubersamaini senang menolong orang lain, tetapi tidak sanggup digunakan sebagai sandaran.
-          Dalam pergaulan peramah dan periang.
-          Umumnya bukan penakut, tetapi kalau bersalah sukar bertaubat, beliau menyesal, tetapi sesal itu lekas lenyap.
-          Mengenai soal-soal “zekelijk” lekas bosan, tetapi terkena soal permainan atau hiburan tidak jemu-jemunya.

2. Temperamen melancholis (orang dengan darah berat)
Suasana batinnya mudah tertekan, percaya dirinya rendah, dan selalu menunda pekerjaan. Sifat-sifat khas temperamen ini yaitu :
-          Semua hal yang bersangkutan dengan dirinya dipandangnya penting dan selalu disertai dengan syakwasangka atau bimbang.
-          Perhatiannya terutama tertuju kepada segi kesukaran-kesukarannya.
-          Tidak mudah membuat janji, lantaran beliau berusaha akan selalu menepati kesepakatan yang sudah dibuatnya, tetapi hal ini dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan moral melainkan lantaran kalau tidak menepati kesepakatan itu sangat merisaukan jiwanya, hal ini juga mengakibatkan beliau kurang percaya dan tidak mudah mendapatkan keramahtamahan orang lain.
-          Suasana perasaannya umumnya juga berperihalan dengan suasana perasaan sanguinicus, hal ini mengakibatkan mengurangi kepuasan akan keadaanya dan kurang sanggup melihat kesenangan orang lain.
3. Temperamen choleris (orang dengan darah gerah )
Ia seorang dinamis, mudah berkomunikasi dengan orang lain, terbuka, seorang pemimpin, selalu mau unggul, menguasai, bisa berkopetensi secara intesif, dan agresif. Akan tetapi orang menyerupai ini sukar mendapatkan masukan orang lain. Sifat khas golongan temperamen ini yaitu :
-          Lekas kebakar tetapi juga lekas padam atau tenang, tampa membenci.
-          tindak –tindakkanya cepat, tetapi tidak constant.
-          Selalu sibuk, tetapi dalam kesibukannya  itu beliau lebih suka memerintah dari pada mengerjakannya sendiri.
-          Nafsunya yang terutama ialah mengerjakan kehormatan, suka sibuk dimata orang banyak dan suka dipuji secara terang-terangan.
-          Suka pada sikap tiruan dan formal.
-          Suka bermurah hati dan melindungi, tetapi hal yang dilakukannya bukan lantaran beliau akung kepada orang lain, melainkan lantaran akung kepada diri sendiri, alasannya yaitu dengan berbuat demikian itu beliau akan mendapatkan penghargaan.
-          Dalam berpakain selalu cermat dan rapi, lantaran dengan demikian itu beliau Nampak lebih cendekia dari pada yang sebenarnya.
4. Temperamen phlegmatic (orang dengan darah dingin)
Phlema berarti ketidaklembaman, jadi berarti tidak malas.phlema sebagai kelemahan ialah kecenderungan kearah ketidakpekaan, alasan yang kuat tidak cukup meransangnya untuk bertindak, ketidakpekaan ini mengakibatkan adanya kecenderungan kearah kejemukan dan mengantuk. Sifat khas golongan temperamen ini ialah :
-          Lambat menjadi gerah, tetapi gerahnya itu tahan usang .
-          Tidak mudah marah.
-          Darah yang hambar itu tak pernah dirisaukannya.
-          Cocok untuk tugas-tugas ilmiah.
melaluiataubersamaini sengaja pencandraan kant ini dikemukan dengan agak mendetail, lantaran pencandraan ini nanti teryata besar pengaruhnya terhadap ahli-ahli yang lebih kemudian. Dalam pada itu masih ada satu hal lagi yang perlu dikemukakan, yaitu kasus temperamen campuran. Menurut kant temperamen adonan itu tidak ada, lantaran :
-          Temperamen-temperamen yang berperihalan tak mungkin berkombinasi, jadi tak aka nada kombinasi antara melacholis dan sanguinis, ataupun antara choleris dengan phlegmatic.
-          Kombinasi-kombinasi yang lain, menyerupai kombinasi antara sanguinis dan choleris, ataupun melacholis dengan phlegmatis akan saling menetralkan, jadi tak mungkin ada.
TH. Enselhanz menyimpulkan bahwa pendapat Kant ialah dasar dari psikologi kepribadian yang dikelompokkan dalam character building. Temperamen ini tergantung pada dua unsur pokok sebagai diberikut.
1.         Sejauh mana kualitas rangsangan yang diterima seseorang, yang me­lahirkan kepekaan kehidupan afektif.
2.         Terbentuk dan munculnya afektif seseorang tergantung pada dua hal, yakni mobilitas atau kadar gerak daripada perasaan, serta intensitas dan kekuatan perasaan.
  Klages Merupakan tokoh filsafat dan psikologi yang menyatakan bahwa psikologi kepribadian ialah cabang dari psikologi secara umum. Ia menjadi psikologi kepribadian sebagai inti dari filsafat kemanusian. melaluiataubersamaini dasar ini, Klages menyusun teorinya mendekati sifat-sifat, khususnya secara menyeluruh untuk menentukan tipe kepribadian seseorang sebagai diberikut.
1)   Stoff (materi atau bahan).
2)   Structurc (struktur).
3)  Artung (kualitas sifat-sifat yang dimiliki seseorang).
            G. Ewald mempunyai titik-berangkat dan sudut pandangan yang tidak sama dari ahli-ahli yang sudah dibicarakan di muka, beliau berangkat dari sudut pandangan psikiatrik; karya utamanya dalam bidang teori kepribadian yaitu Temperament und Character (Berlin 1924, Basel 1925).

Glosarium
Afektif                         :  Berkenaan dengan perasaan (seperti takut, cinta) yang mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi
Appresepsi                    :  Menyatukan dan mengasimilasi suatu pengalaman dengan pengalamanan yang sudah dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkannya.
Bakat                            :  Potensi-potensi atau faktor-faktor yang sudah dibawa semenjak lahir yan biasa disebut pembawaan.
Basic personality           : Sifat-sifat yang terdapat pada individu membentuk Pengalam dalam tes hingga dewasa.
Cemas                           : Kehawatiran yang kurang jlas atau tidak berdasar.
Cemburu                       :  Bentuk khusus kehawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri.
Character/karakter        :  Ciri-ciri khusus kepribadian/ sifat-sifat khusus seseorang sehingga terjadi watak yang baik.
Das ich                          :  Dorongan primitif dalam das es dilasaknakan oleh das ich, harus mengusahakan dorongan primitif itu tidak berperihalan dengan turunan dari uber ich.
Das in                            :  Tempat keberadaan.
Daya ingatan                 :  Kemampuan untuk mencamkan, menyimpan, menggambarkan serta mengingat kembali kesan-kesan, sifat ingatan.       
Effect                            :  Keadaan memuaskan atau tidak pada hal-hal berkaitan dengan yang dipelajari.
Ekstrim                         : Perilaku atau pemikiran yang melampaui batas.
Ekspresi                        :  Pernyataan jiwa  dengan bermacam bentuk dalam pengertian terbatas untuk perubahan sampingan yang menyertai suatu reaksi ekspresi atau gerak.
Fleksibel                        :  Lentur, mudah menyusuaikan diri dengan segala keadaan.
Frutasi                           :  Suatu keadaan dalam diri seorang yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau suatu tujuan jawaban adanya halangan atau rintangan dalam mencapai kepuasaan.
Idealis                           :  Sebuah hasrat untuk mencapai atau mewujudkan sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang istimewa atau lebih
Ingatan                          :  Kemampuan atau daya jiwa dalam menghubungkan pengalaman atau kesan yang sudah lampau dengan pengalaman sekarang.
Informal                        :  Tidak resmi
Introvert                        :  Sikap atau abjad seseorang yang mempunyai orientasi subyektif secara mental dalam menjalani kehidupannya.
Paradigma                     : Satu formasi cara berpikir.
Pengamatan                  :  Proses mengenal dunia sekitar lewat penggunan indra.
Perasaan                        :  Pernyataan jiwa yang dihayati secara senang atau tidak.
Perhatian                       :  Suatu rekasi secara umum yang dilakukan dengan sadar.
Respons                        :  Tanggapan, reaksi.
Shock                            :  Goncangan bantin yang sangat kuat.
Sikap                             :  Kecenderungan seseorang untuk berbuat terhadap kasus tertentu.
Skill                               :  Keterampilan yang didasari kecakapan tinggi sebagai hasil belajar.
Temperamen                 :  Aspek-aspek kepribadian yang melaksanakan reaksi yang dipengaruhi oleh suasana hati maupun perubahan metabolisme.
Kepribadian                  :  Kesatuan dari sistem jiwa dan tubuh dalam diri individu yang bersifat dinamis dalam mengikuti keadaan pada lingkungan.
Melankolis                    :  Keadaan jiwa yang murung dan rekasi secara lamban.                 

DAFTAR PUSTAKA

H. A. Muin Ghazali. Hj. Nurseha Ghazali. (2016). Deteksi Kepribadian. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara.

Dr. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D. (2010). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Penerbit PT. Rajagrafindo Persada.

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang

Chairilsyah Daviq (2012). Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia Dini. EDUCHILD. Vol. 01 No.1

Hadhari (2012). Tipologi Kepribadian Manusia Dalam Perspektif Al-Quran.  EDUCHILD. Vol. 04 No.2

 Selengkapnya Klik : DOWNLOAD

LihatTutupKomentar