Setiap karyawan yang tergabung dalam suatu organisasi mempunyai orientasi kerja masing-masing dan kemungkinan besar karyawan satu dengan lainnya mempunyai orientasi kerja yang tidak sama pula, dan apabila orientasi yang dipersepsikannya ini sanggup tercapai maka karyawan akan mencicipi kepuasan kerja dan bekerja dengan terbaik.
Orientasi Kerja berdasarkan Ingham (1970): the concept formed the basis for the harmonious view of industrial relations in the small firm as orientation to work was said to cause individual self-selection to the small firm sector. Yang kurang lebih mempunyai arti: perilaku dan tingkah laris karyawan, ialah suatu konsep yang sanggup membuat harmoni dalam bekerja dan sehingga sanggup mengakibatkan peningkatan kinerja karyawan secara individu dalam sebuah perusahaan.
Orientasi Kerja berdasarkan Goldthorpe (1968): orientation to work yaitu arti sebuah pekerjaan terhadap seorang individu, berdasarkan harapannya yang diwujudkan dalam pekerjaannya.
Jenis Orientasi Kerja Karyawan :
Menurut Goldthorpe (1968) ada 3 jenis orientasi Kerja karyawan dalam bekerja yaitu :
1. Instrumentally
- Full-time employee atau karyawan tetap : Jenis karyawan ini ialah jenis karyawan yang secara konsisten meluangkan secara penuh waktu yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan menjadi karyawan tetap, dan tidak membagi waktu bekerja yang dimiliki untuk bekerja di kawasan lain.
2. Solidaristic
Jenis Orientasi Kerja Karyawan :
Menurut Goldthorpe (1968) ada 3 jenis orientasi Kerja karyawan dalam bekerja yaitu :
1. Instrumentally
Goldthorpe (1968) membuktikan bahwa pada jenis pendekatan ini setiap karyawan memandang pekerjaan sebagai suatu tujuan akhir. Dimana karyawan-karyawan tersebut bekerja berdasarkan satu alasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu juga dalam orientasi ini, ada juga karyawan yang menentukan untuk bekerja dengan alasan untuk menunjang gaya hidup mereka secara spesifik. Gaya hidup yang dimaksud yaitu kondisi-kondisi yang dialami atau dijalani oleh masing-masing karyawan. Instrumentally dibagi menjadi dua cuilan yaitu:
a. Short-term instrumentally orientationJenis orientasi kerja ini ialah sebuah upaya yang dilakukan karyawan-karyawan untuk mendukung dan menambah pendapatan utama dengan cara bekerja di kawasan lain, dan mengakibatkan pekerjaan ini sebagai pekerjaan sekunder. Karyawan pada jenis orientasi ini menganggap pekerjaan ini spesialuntuk bersifat sementara saja.
b. Long-term instrumentally orientationLong-term instrumentally orientation yaitu upaya dari karyawan-karyawan untuk mengakibatkan sebuah pekerjaan sebagai pekerjaan primer. Long-term instrumentally orientation dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Part-time employee atau karyawan paruh waktu : Untuk jenis karyawan paruh waktu, alasan menentukan untuk menjalani pekerjaan dengan cara ini biasanya berafiliasi dengan keterbatasan waktu yang mereka miliki. Biasanya karyawan jenis ini yaitu dari golongan pelajar atau mahasiswa yang harus membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk belajar, selain itu juga dari golongan perempuan yang mempunyai bawah umur yang masih berusia dibawah lima tahun.- Full-time employee atau karyawan tetap : Jenis karyawan ini ialah jenis karyawan yang secara konsisten meluangkan secara penuh waktu yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan menjadi karyawan tetap, dan tidak membagi waktu bekerja yang dimiliki untuk bekerja di kawasan lain.
2. Solidaristic
Dimana pada pendekatan orientasi kerja jenis ini, Goldthorpe (1968) membuktikan bahwa setiap karyawan memandang sebuah pekerjaan bukan secara simple sebagai tujuan tamat saja, melainkan segi yang dikedepankan yaitu hubungan dan acara sosial yang sanggup didapat, dan ini dipandang sebagai bentuk emotionally rewarding. Karyawan yang menentukan orientasi kerja jenis ini dalam menentukan kawasan bekerja, lebih memperhatikan suasana bekerja berdasarkan hubungan sosial yang kuat. Hubungan sosial disini yang dimaksudkan yaitu
komunikasi dan kerjasama yang terjalin antara individu baik itu antara sesama karyawan dalam satu departemen maupun antar departemen. Menurut Lucas (1995) dan Kitching (1997) dikatakan bahwa bagi karyawan HI, yaitu sisi sosial dari sebuah pekerjaan yang membuat para karyawan tersebut tetap merasa betah pada pekerjaan mereka dan juga membuat para karyawan tersebut untuk tetap mengoptimalkan diri dalam bekerja. Selain itu, hubungan sosial yang berpengaruh yang karyawan jenis ini inginkan bukan spesialuntuk sebatas di lingkungan kerja, melainkan hubungan sosial ini harus juga sanggup diteruskan di kehidupan diluar pekerjaan. Misalnya dengan pergi makan, jalan-jalan, kegiatan lain dan bahkan saling berkunjung ke kawasan tinggal masing-masing karyawan.
3. Bureaucratic
Menurut Goldthorpe (1968) dijelaskan bahwa yang membuat seorang karyawan menentukan pekerjaan dan mengoptimalkan diri pada pekerjaan yang dipilihnya itu yaitu hal-hal yang disediakan oleh perusahaan kawasan karyawan tersebut bekerja. Hal-hal tersebut sanggup berupa fasilitas-fasilitas yang didiberikan menyerupai masukana transportasi, ruangan kerja yang nyaman untuk bekerja, hingga ke peralatan-peralatan kerja yang canggih, modern dan mendukung, penghargaan atas prestasi kerja, besar kecilnya penghasilan dan tuntidakboleh-tuntidakboleh yang ditawarkan, kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh perusahaan, bimbingan dari perusahaan yang didiberikan melalui atasan dan yang tidak kalah pentingnya yaitu jenjang karir yang jelas. Meskipun suasana sosial yang ada tidak mendukung, para karyawan tersebut tetap mengoptimalkan diri dalam bekerja, alasannya yaitu karyawan jenis orientasi ini lebih mementingkan self-development dan lebih bertujuan ke peningkatan jenjang karir.