-->
Dampak Pengembangan Obyek Wisata : Imbas Aktual Dan Negatif
Suatu tempat wisata tentu mempunyai dampak dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini dikatakan oleh Gee (1989) dalam bukunya yang berjudul “The Travel Industry”, menyampaikan bahwa “as tourism grows and travelers increases, so does the potential for both positive and negative impacts”. (Gee menyampaikan adanya dampak atau imbas yang positif maupun negatif alasannya yaitu adanya pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat). Dampak dampak tanggapan adanya tempat wisata tentu mempengaruhi ke lingkungan sekitarnya dan berdasarkan Lerner (1977) yang dikutip oleh Allister Mathieson and
Geoffrey Wall (1982) dalam ‘Tourism: Social, Economic, Environment Impacts” siapa saja didalam lingkungan tersebut. Lerner menulis menyerupai diberikut “ Environment now includes not just only land, water and air but also encompass to people, their creation, and the social, economic,and cultural condition that affect their lives. Sehingga yang terkena dampak positif dan negatifnya yaitu sesuai yang dikatakan oleh Lerner yaitu masyarakat, lingkungan, ekonomi dan sosial.
Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam kehidupan suatu obyek wisata alasannya yaitu mereka mempunyai kultur yang sanggup menjadi daya tarik wisata, sumbangan masyarakat terhadap tempat wisata berupa masukana kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Pengembangan suatu obyek wisata yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan pendapatan ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat (Joseph D. Fritgen, 1996). Menurut Prof.Ir Kusudianto Hadinoto bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik, tidak spesialuntuk mempersembahkan laba ekonomi yang memperbaiki taraf , kualitas dan contoh hidup komunitas setempat, teapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik. Menurut Mill dalam bukunya yang berjudul “The Tourism, International Business” (2000, p.168-169), menyatakan bahwa : “pariwisata sanggup mempersembahkan laba bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah dan sanggup menaikkan taraf hidup melalui laba secara ekonomi yang dibawa ke daerah tersebut”.
Bila dilakukan dengan benar dan sempurna maka pariwisata sanggup meterbaikkan laba dan sanggup meminimalkan permasalahan. Penduduk setempat mempunyai tugas yang sangat penting dalam upaya pengembangan obyek wisata, alasannya yaitu penduduk setempat mau tidak mau terlibat eksklusif dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut, contohnya bertindak sebagai tuan rumah yang ramah, penyelanggara atraksi wisata dan budaya khusus (tarian adat, upacara-upacara agama, ritual, dan lain-lain), produsen cindera mata yang mempunyai ke khasan dari obyek tersebut dan turut menjaga keamanan lingkungan sekitar sehingga membuat wisatawan yakin, tenang, kondusif selama mereka berada di obyek wisata tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, sanggup menimbulkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial. Menurut Prof Ir Kusudianto Hadinoto (1996) suatu tempat wisata apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan fisik, barang-barang sejarah, dan menimbulkan ketidaksukaan penduduk sekitar terhadap wisatawan maupun obyek wisata tersebut dimana pada kesannya menimbulkan kerugian bagi pengelola tempat wisata tersebut. Penulis mengutip pernyataan Coccossis (1996) yang terdapat dalam buku “ Sustainable Tourism Management” karangan Swarbrooke, J (1999) yang tertulis “An important characteristic of interaction between tourism and environment is the existence of strong feedback mechanism : tourism often has adverse effects on quantity and quality of natural and cultural resources”.
Sehingga teori ini memperkuat teori dari Prof Ir Kusudianto Hadinoto tentang relasi tempat wisata dan lingkungan dimana jikalau ditangani dengan baik maka akan terjadi peningkatan lingkungan ke arah yang lebih baik tetapi apabila tidak ditangani dengan baik bisa merusak. Berikut yaitu dampak-dampak dari pengembangan suatu obyek wisata,
yaitu :
a. Dampak ekonomi
b. Dampak positif pada lingkungan
- Conservation of important natural areas
- Conservation of archeological and historic sites
- Improvement of environment
- Enchantment of the environment
- Improvement of infrastructure
- Increasing environmental awareness
c. Dampak negatif pada lingkungan
- Pollution of environment
- Waste disposal problems
- Damage to archeological and historic pride
d. Dampak positif pada sosial
- Conservation of cultural heritage
- Cross-cultural exchange
- Renewal of cultural pride
e. Dampak negatif pada sosial
- Overcrowding and loss of amenities for residents
- Cultural impacts
- Social problems
Seperti yang tertera di atas bahwa di setiap pengembangan obyek wisata akan mempunyai dampak-dampak. Tetapi pada penelitian ini penulis akan memperdalam dampak ekonomi dan sosial saja, dengan klarifikasi di bawah ini :
a. Dampak ekonomi sanggup bersifat positif maupun negatif dalam setiap pengembangan obyek wisata. Untuk segi positif dampak ekonomi ini ada yang eksklusif dan ada juga yang tidak langsung. Dampak positif langsungnya yaitu : membuka lapangan pekerjaan yang gres untuk komunitas lokal, baik itu sebagai pegawai penggalan kemembersihkanan, kemananan, ataupun yang lainnya yang sesuai dengan kemampuan, skill dari masyarakat sekitar yang bisa dipergunakan oleh pihak PIM, atau dengan berjualan, menyerupai : makanan, minuman atau voucher hp di sekitar PIM sehingga masyarakat lokal bisa mendapat peningkatan taraf hidup yang layak. Selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan besar lengan berkuasa bagi pemerintah daerah yang akan mendapat pendapatan dari pajak. Sedangkan dampak ekonomi yang tidak eksklusif yaitu kemajuan anutan akan pengembangan suatu obyek wisata, adanya emansipasi perempuan sehingga perempuan pun bisa bekerja. Suatu pengembangan obyek wisata apabila diatur, ditata dan dipantau dengan baik tidak akan menghasilkan dampak negatif bagi sektor ekonominya, tetapi apabila tidak dilakukan, diatur, ditata dengan baik maka akan menimbulkan kerugian baik bagi pihak pengembang obyek itu sendiri maupun pihak komunitas lokal daerah setempat.
b. Dampak positif sosial :
- Conservation of Cultural Heritage : adanya proteksi untuk benda-benda kuno, bangunan sejarah, seni traditional menyerupai musik, drama, tarian, pakaian, upacara adat. Adanya menolongan untuk perawatan museum, gedung theater, dan untuk sumbangan acara-acara pekan raya budaya.
- Renewal of Cultural Pride : dengan adanya pembaharuan pujian budaya maka masyarakat sanggup memperbaharui kembali rasa gembira mereka terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah ataupun budaya.
- Cross Cultural Exchange : pariwisata sanggup membuat pertukaran budaya dari wisatawan dengan masyarakat setempat, sehingga membuat para wisatawan mengerti tentang budaya setempat dan mengerti akan nilai-nilai dari tradisi masyarakat setempat begitu pula sebaliknya masyarakat lokal pun bisa tahu tentang budaya dari para wisatawan
tersebut baik yang domestik maupun internasional.

c. Dampak negatif sosial :
- Overcrowding and loss of amenities for residents : setiap pengelola obyek wisata selalu menginginkan tempat wisata untuk menyedot wisatawan baik domestik maupun internasional, tetapi ada hal-hal yang harus diperhitungkan alasannya yaitu apabila suatu obyek wisata terlalu padat, maka bisa menimbulkan hilangnya kenyamanan bagi penduduk setempat dan membuat masyarakat setempat menjadi tidak nyaman dan pada kesannya akan terbentuk garis batas antara penduduk lokal setempat dengan wisatawan yang terlalu banyak.
- Cultural impacts : alasannya yaitu ingin menyuguhkan sesuatu yang di inginkan wisatawan, tanpa di sadari mereka sudah terlalu mengkomersialkan budaya mereka sehingga tanpa sadar mereka sudah mengurangi dan mengubah sesuatu yang khas dari budpekerti mereka atau bahkan mengurangi nilai suatu budaya yang seharusnya bernilai religius. misal : upacara
agama yang seharusnya dilakukan dengan khidmat dan khusyuk, tetapi untuk menyuguhkan apa yang diingini oleh wisatawan maka mereka mengkomersialkan upacara tersebut untuk wisatawan sehingga upacara agama yang doloenya khidmat dan khusyuk makin usang makin berkurang. Yang ke 2 adanya kesalahpahaman dalam hal berkomunikasi, budaya, dan nilai agama yang sanggup menjadikan sebuah konflik.
- Social Problems : adanya percampuran budaya negatif antara wisatawan dengan masyarakat setempat.(Inskeep, 1991)

LihatTutupKomentar