-->
Surveilans Penyakit Menular Jerawat Terusan Pernafasan Akut
Surveilans Penyakit Menular  Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Surveilans Epidemiologi penyakit ISPA ialah suatu proses pengamatan terus menerus dan sistematik terhadap terjadinya penyebaran penyakit ISPA  serta kondisi yang memperbesar resiko penularan dengan melaksanakan pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan
Penyakit ISPA ialah penyakit infeksi kanal pernafasan akut sanggup terjadi pada kanal pernafasan atas dan kanal pernafasan bawah. Sebagian besar penyakit ISPA bersifat enteng dan tidak memerlukan pengobatan dengan memakai antibiotik. Penyebab dari sebagian besar penyakit ISPA ini ialah virus, penyakit ini sanggup ditularkan melalui media air ludah, bersin, udara pernafasan yang mengandung basil terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasan.
Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA membagi ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak–anak terutama bila keadaan kurang gizi, keadaan lingkungan yang kurang hygiene, risiko terutama terjadi pada anak anak lantaran meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar lantaran digunakan untuk penyakit benalu dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.

Pengertian dan Definisi ISPA
Seringkali ISPA disalah artikan sebagai infeksi kanal pernapasan atas. ISPA ialah akronim dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA sanggup terjadi pada kanal pernapasan pecahan atas dan kanal pernapasan pecahan bawah. ISPA ialah infeksi kanal pernapasan yang berlangsung hingga 14 hari. Yang dimaksud dengan kanal pernapasan ialah organ mulai dari hidung hingga gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya ibarat : sinus, ruang indera pendengaran tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi kanal pernapasan spesialuntuk bersifat enteng ibarat batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan benas dan sanggup mengakibatkan kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek ibarat rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas pecahan atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas pecahan atas ini ialah virus dan tidak diperlukan terapi antibiotik. Faringitis oleh basil Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, tiruana radang indera pendengaran akut harus mendapat antibiotik
ISPA sanggup ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung basil terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi kanal pernapasan pecahan atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati pecahan yang cukup besar pada lapangan pediatri. infeksi kanal pernapasan pecahan atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada tiruana golongan masyarakat pada bulan-bulan animo dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia, sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada bawah umur lantaran meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar lantaran digunakan untuk penyakit benalu dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik
Pada umumnya suatu penyakit kanal pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang enteng. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat sanggup jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka diperlukan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan semoga yang enteng tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat semoga tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda ancaman sanggup dilihat menurut tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris :

Beberapa tanda klinis ISPA sebagai antara lain :
·         Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, bunyi napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
·         Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
·         Pada sistem cerebral ialah : gelisah, praktis terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
·         Pada hal umum ialah : letih dan berkeringat banyak.
Sedangkan tanda-tanda laboratories, diantaranya adanya Hypoxemia, Hypercapnia dan  Acydosis (metabolik dan atau respiratorik).  Juga terdapat beberapa tanda tanda ancaman pada anak golongan umur 2 bulan hingga 5 tahun, ibarat tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk. Sedangkan tanda ancaman pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan, diantaranya ialah : Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya); Kejang; Kesadaran menurun; Stridor;Wheezing; Demam; dan Dingin .

Pemeriksaan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Pengertian investigasi ialah proses diperolehnya informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting semoga selama investigasi anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan semoga anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas sanggup dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada pecahan bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa investigasi auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia sanggup didiagnosa dan diklassifikasi

Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai diberikut :
·         Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
·         Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
·         Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil investigasi sanggup dibentuk suatu penjabaran penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan hingga 5 tahun.
Terdapat dua penjabaran Ispa pada anak golongan umur kurang 2 bulan, yaitu : 1). Pneumonia, diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan berpengaruh dinding pada pecahan bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. 2). Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan berpengaruh dinding dada pecahan bawah atau napas cepat.
1)      Sedangkan untuk golongan umur 2 buan hingga 5 tahun, terdapat 3 penjabaran penyakit yaitu : Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada pecahan bawah kedalam pada waktu anak menarikdanunik napas (pada ketika diperiksa  anak harus dalam keadaan damai tldak menangis atau meronta);
2)      Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 – 12 bulan ialah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun ialah 40 kali per menit atau lebih;
3)      Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada pecahan bawah dan tidak ada napas cepat.
Sementara beberapa jenis pengobatan pada Ispa, antara lain ;
1.      Pada pneumonia berat dilakukan dengan perawatan di rumah sakit, didiberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya.
2.      Pada pneumonia delakukan dengan mempersembahkan obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita mustahil didiberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemdiberian kotrimoksasol keadaan penderita menetap, sanggup digunakan obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3.      Pada penjabaran bukan pneumonia, dilakukan dengan tanpa pemdiberian obat antibiotik. Didiberikan perawatan di rumah, untuk batuk sanggup digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan ibarat kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.
Pada kondisi demam, dilakukan pengobatan dengan pemdiberian obat penurun gerah (parasetamol). Penderita dengan tanda-tanda batuk pilek bila pada investigasi tenggorokan didapat adanya bercak jerawat (eksudat) disertai pembemasukan kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh basil streptococcuss dan harus didiberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Sedangkan pada bayi dengan tanda ancaman harus didiberikan perawatan khusus untuk investigasi selanjutnya.
Berikut Beberapa hal yang perlu dikerjakan orang renta anak penderita ISPA (perawatan dirumah).
·         Mengatasi gerah (demam) : Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan mempersembahkan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol didiberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari; Teknik pemdiberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memdiberikan kompres, dengan memakai kain membersihkan, celupkan pada air (tidak perlu air es).
·         Mengatasi batuk  ianjurkan memdiberi obat batuk yang kondusif yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , didiberikan tiga kali sehari.
·         Pemdiberian makanan :Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih kalau muntah. Pemdiberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
·         Pemdiberian minuman : Usahakan pemdiberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan memmenolong mengencerkan dahak, belum sempurnanya cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, membersihkankan hidung yang berkhasiat untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan daerah tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Dan jika  selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan semoga obat yang diperoleh tersebut didiberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapat antibiotik, usahakan semoga setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk investigasi ulang.

Pencegahan dan Pemberantasan ISPA
Pencegahan sanggup dilakukan dengan : Menjaga keadaan gizi semoga tetap baik; Immunisasi; Menjaga kemembersihkanan prorangan dan lingkungan; Mencegah anak berafiliasi dengan penderita ISPA. Sedangkan perjuangan pemberantasan antara lain dilakukan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu, pengelolaan kasus yang disempurnakan, serta gerakan Immunisasi
Pada tingkat Puskesmas, pelaksana pemberantasan ISPA ialah tanggung jawaban bersama, dengan Kepala Puskesmas bertanggung jawaban bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya. sepertiyang kita ketahui sebagian besar kematiaan jawaban penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu kiprah serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat’memmenolong menemukan kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit .
Beberapa Indikator Surveilans ISPA, sebagaimana indikator surveilans lainnya antara lain :

1)      Kelengkapan laporan;
2)      Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang sanggup dihasilkan;
3)      Terdistribusinya diberita epidemiologi lokal dan nasional;
4)      Pemanfaatan  informasi epidemiologi dalam administrasi jadwal kesehatan;
5)      Menurunnya frekuensi bencana luar biasa penyakit;
6)      Meningkatnya dalam kajian SKD penyakit.

LihatTutupKomentar