-->
Teori Random Walk Vs Teori Teori Elliott Wave Dalam Perubahan Harga Saham
Teori Random Walk
Istilah random walk ialah istilah yang pertama kali muncul dalam koresponden di Nature yang mengulas terkena bagaimana seni administrasi yang optimal untuk mencari orang mabuk yang ditinggalkan di tengah lapangan. Tekniknya yaitu dengan mulai mencari di daerah pertama kali orang mabuk itu ditempatkan lantaran orang tersebut akan berjalan dengan arah yang tidak tertebak dan acak (Mills, 1999).
Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruhan pasar yang sudah terjadi tidak sanggup dipakai untuk memprediksi gerakan di masa akan hadir. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1959) menyatakan bahwa perubahan harga saham tidak tergantung satu sama lain dan memiliki distribusi probabilitas yang sama (Mills, 1999).
melaluiataubersamaini kata lain, teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan tidak sanggup diperkirakan. Kaprikornus mustahil seorang investor sanggup memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung risiko lebih.
Hal ini juga mempersembahkan arti bahwa selisih antara harga pada periode tertentu dengan harga pada periode yang lainnya bersifat acak. Selisih tersebut ialah price return saham, yang dalam jangka waktu tertentu memenuhi persyaratan bahwa rata-ratanya yaitu nol. Artinya volatilitas saham tidak akan memiliki ekspresi dominan yang signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Teori Elliott Wave
The Wave Principle ialah penelitian Ralph Nelson Elliott (1938) bahwa sikap sosial atau massa memiliki ekspresi dominan yang mengikuti pola-pola tertentu. Penelitiannya menemukan bahwa perubahan harga di bursa saham memiliki suatu struktur tertentu. Elliott mengemukakan bahwa pergerakan harga memiliki teladan atau gelombang yang bersifat repetitif. Hal yang perlu dicatat yaitu walaupun bersifat repetitif tetapi teladan tersebut belum tentu berulang dengan waktu dan ketinggian gelombang yang sama. Selain itu teladan yang dikemukakannya ialah penggalan dari teladan yang lebih besar, yang pada
akhirnya ialah penggalan dari teladan yang lebih besar lagi dan seterusnya.
Pola-pola tersebut sanggup diartikan sebagai diberikut (Murphy, 1999) :
1. Gelombang 1.
Harga saham mula-mula bergerak naik membuat beberapa investor merasa bahwa harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham tersebut membuat harga naik.
2. Gelombang 2.
Pada ketika ini harga saham tersebut sudah dinilai terlalu tinggi sehingga investor mulai merealisasikan manfaatnya dengan menjual saham itu. Hal ini mengakibatkan tekanan terhadap harga saham sehingga turun. Namun penurunan harga ini tidak hingga membuat through gelombang 2 serendah through gelombang 1 lantaran investor menilai saham tersebut menjadi murah lagi.
3. Gelombang 3.
Gelombang ini biasanya ialah gelombang yang paling usang dan besar lengan berkuasa lantaran didorong oleh lebih banyak investor yang bergabung atau meningkatkan posisi untuk mengambil laba dari tren menanjak sehingga perdagangan menjadi ramai. Harga saham pada ketika ini naik hingga melewati harga tertinggi pada gelombang 1.
4. Gelombang 4.
Investor mulai merealisasikan manfaatnya lantaran harga saham sudah terlalu tinggi. Koreksi berpola segitiga-segitiga umumnya dikenal dalam gelombang ini, dimana dalam teladan koreksi ini volatilitas harga saham cenderung menurun. namun gelombang ini lemah lantaran masih banyak investor yang masih menginginkan saham tersebut.
5. Gelombang 5.
Pada gelombang ini sebagian besar investor sudah memegang saham ini dan sebagian besar ialah investor yang irasional. Akan tetapi tidak sekuat pada gelombang 3 lantaran investor yang berpartisipasi spesialuntuk sebagian kecil saja kalau dibandingkan dengan gelombang 3. Investor yang mengetahui hal ini mulai mengadakan transaksi short-selling. Pada ketika ini saham sanggup bergerak kembali ke gelombang 1 atau mulai mengkoreksi diri
6. Gelombang ABC.
Saat ini saham akan mengkoreksi dengan melaksanakan gerakan turun, naik dan turun. Volatilitas pada periode ini biasanya berkurang dibandingkan dengan kelima gelombang sebelumnya, lantaran pasar sedang mengevaluasi ulang dan sedang dalam tahap istirahat.
Gelombang Elliott mempersembahkan citra bahwa volatilitas harga saham sanggup tidak sama-beda antara gelombang yang satu dengan yang lain. Selain itu teori ini juga mempersembahkan kemungkinan bahwa ada ekspresi dominan volatilitas return harga saham yang muncul dari pola-pola tersebut.
Trend sendiri ialah arah umum yang sedang terjadi pada pasar. Arah ini sanggup bergerak secara mendatar, naik atau turun. Trend mendatar terjadi ketika rangkaian peak dan through gelombang-gelombang secara beruntun membentuk garis horisontal. Trend naik terjadi ketika serangkaian peak dan through yang ada selalu melampaui peak dan through sebelumnya, sedangkan pada ekspresi dominan turun terjadi sebaliknya, yaitu peak dan through yang ada selalu berada di bawah peak dan through sebelumnya (Murphy, 1999).

LihatTutupKomentar