-->
Revolusi Teori Ekonomi Mikro Dan Makro
Persaingan Tidak Sempurna Piero Sraffa dan Joan. V. Robinson
1. Perkembangan pemikiran Neoklasik mendapatkan aneka macam Koreksi yang dikemukakan tajam dari para hebat ekonomi sejarah, dan kelembagaan. Kritik itu senantiasa tidak oke dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh pemikir ekonomi klasik dan neo-klasik, Kritik itu menerima peluang untuk dikaji oleh pemikir Neoklasik, yang jadinya melahirkan teori-teori persaingan tidak sempurna, ibarat dikemukakan oleh Sraffa dan Robinson.
2. Analisis neoklasik yang dikemukakan Sraffa, bahwa pada kurva biaya rata-rata ada pecahan yang menurun, maka mustahil terjadi dalam kenyataan struktur pasar persaingan sempurna. Justru struktur monopoli banyak ditemukan dalam kenyataannya. melaluiataubersamaini demikian andaian-andaian yang digunakan dalam struktur pasar persaingan tepat tidak realistik. Robinson memperkuat argumantasi sraffa baik dalam aneka macam tulisannya, maupun pada bukunya yang berjudul The Economic of Imperfect Competation. Perusahaan skalanya semakin besar, dijumlahnya pun tidak banyak, sehingga mereka sanggup mempengaruhi jumlah produksi di pasar, dan sekaligus memutuskan harga yang tinggi.



3. melaluiataubersamaini meningkatnya harga akan membuat keuntungan maksimum. Oleh lantaran itu akan sanggup mengundang tentangan sendiri untuk masuk ke pasar, sehingga tingkat keuntungan menjadi normal kembali. Bagi perusahaan-perusahaan yang sudah established, sudah sukses dan sudah berdiri usang memiliki good-will terhadap langganan-langganannya, sehingga ialah rintangan bagi yang gres atau yang akan memasuki pasar. Di samping itu perusahaan yang sukses ini akan selalu membuat rintangan-rintangan masuk, ibarat memperbanyak produksi, menurunkan harga, pelayanan yang memuaskan, kredit dan sebagainya.
Persaingan Monopolistis dan Keseimbangan Perusahaan Monopolitis
1. Pemikiran Chamberlin sering terasing dan tidak riil perihal teori ekonomi, bukan lantaran kesalahan metodenya, tetapi lantaran asumsi-asumsi yang digunakan tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi yang terjadi. Chamberlin mengamati bahwa kondisi untuk persaingan tepat sudah tertinggi, sehingga ia menyusun teori persaingan monopoli. Kalau sebelumnya ada dua macam struktur pasar yakni persaingan tepat dan monopoli murni, maka Chamberlin melihat bahwa kedua sruktur ditemukan serempak dalam kenyataan, yakni persaingan terjadi, tetapi dengan struktur monopoli, pertanda-pertanda terjadinya persaingan monopoli antara lain terlihat dengan adanya aktivitas iklan, korting harga, goodwill perusahaan, pembayaran dengan kredit, dan peranan konsumen yang lemah dalam penentuan harga barang. Secara hemat masih dilakukan analisis dengan peralatan analisis marjinal.
2. Monopolistic competition (persaingan monopoli) terjadi lantaran setiap produsen menghasilkan produk yang hampir sama, masing-masing produk memiliki ciri-ciri khusus, sifat-sifat tersendiri, sehingga menimbulkan preferensi pada konsumen. Masing-masing barang memiliki keunggulannya. Itulah yang ia monopoli, tidak ada pada orang lain. Tetapi lantaran loyalitas konsumen terhadap brand barang, maka ini pun menimbulkan monopoli. Meskipun dalam pasar mereka melaksanakan persaingan, baik dalam perluasaan pasar dengan melalui aneka macam aktivitas iklan, maupun dalam hal akal harga.
3. Keseimbangan perusahaan tidak lagi dalam kondisi optimal, lantaran perusahaan-perusahaan itu sudah bisa mengontrol harga, dan pengeluaran-pengeluaran untuk biaya penjualan meningkat, sedangkan ongkos tetap produksi per satuan meningkat. Hal terakhir ini terutama disebabkan terjadinya under capacity dalam produksi, sehingga tingkat harga menjadi mahal. Selanjutnya under-capacity ini sanggup digunakan sebagai taktik untuk rintangan masuk ke pasar industri.
4. Struktur pasar yang oligopoli, menimbulkan George Stigler menyusun teori perihal kurva seruan yang patah (kinky demand curve). Hal ini terjadi, antara lain disebabkan oleh tingkat harga yang stabil. Harga yang stabil ini sanggup juga disebabkan selera dan teknologi yang stabil, kelemahan administrasi, faktor terjadinya kolusif. Meskipun demikian, bila suatu perusahaan dalam struktur oligopoli menaikkan harga, belum tentu akan diikuti oleh saingannya, tetapi cenderung terjadi bilamana satu perusahaan dalam oligopoli menurunkan harga maka lawan-lawannya akan mengikuti. Bukti-bukti yang ditemukan belum memanfaatkan berlakunya teori ini. Tetapi, kemungkinan aneka macam kelemahan masih belum sanggup diatasi. Teori untuk struktur oligopoli belum sanggup digeneralisasikan, lantaran masing-masing memiliki ciri-ciri khas tersendiri, sehingga perilakunya sukar untuk diprediksi. Hal ini kembali ke problem faktor personal dan impersonal. Dalam struktur oligopoli khususnya, dan persaingan tidak tepat umumnya akal harga cenderung bersifat personal.
Monopoli, Oligopoli dan Konsentrasi
1. Pembatasan struktur pasar monopoli murni sudah berlangsung semenjak masa ekonomi Klasik, tetapi struktur pasar oligopoli relatif baru. Kenyataan ekonomi sudah berubah selama selesai periode ke-19 hingga dengan 1930-an, sehingga lahir teori persaingan tidak sempurna, dan secara lebih khusus timbul struktur pasar persaingan monopoli dan oligopoli. Dalam hal tertentu, struktur pasar oligopoli sanggup dikatakan sebagai persaingan monopoli terutama untuk oligopoli yang berdiferensiasi.
2. Berbagai bentuk struktut oligopoli sudah dibicarakan, antara lain oligopoli penuh, oligopoli parsial, oligopoli yang kongkalikong dan nonklusif, oligopoli terbuka, dan oligopoli tertutup dan oligopoli homogen dan berdiferensiasi, serta oligopoli pimpinan baik yang simetrik maupun nonsimetrik.
3. Teori oligopoli susah untuk menggeneralisasikannya, lantaran perilakunya sudah bersifat personal, sehingga ada teori untuk tipe-tipe tertentu oligopoli. Perilaku harga pada oligopoli pimpinan juga tergantung apakah tipenya simetrik atau nonsimetrik. Kalau simetrik maka terjadi persaingan harga, tetapi kalau nonsimetrik tingkat harga pimpinan diikuti atau dijadikan pedoman bagi perusahaan-perusahaan yang relatif kecil.
4. Masalah yang menjadi perdebatan dalam teori oligopoli yaitu terjadinya indeterminasi, yakni tidak adanya penyelesaian keseimbangan yang unique, lantaran masuknya faktor-faktor nonekonomi dan tidak adanya koordinasi baik pribadi maupun tidak pribadi di antara perusahaan-perusahaan yang independen. Tetapi, kalau di antara perusahaan itu terjadi kolusi, maka kondisi monopoli terjadi, dan sikap perusahaan-perusahaan tersebut terkoordinir baik pribadi maupun tidak langsung. Kolusi formal atau tidak formal, dalam perjuangan untuk mengatasi risiko ketidakpastian yang menhadirkan aneka macam kerugian.
5. Hubungan antara struktur dengan sikap yang dikaitkan dengan kinerja industri semakin mantap digunakan dalam pembahasan-pembahasan oligopoli khususnya, persaingan tidak tepat umumnya, lantaran sudah ditemukannya cara-cara pengukuran tingkat serius. melaluiataubersamaini ukuran ini, sanggup ditentukan tidak spesialuntuk tingkat atau derajat oligopoli, tetapi derajat monopoli dalam suatu barang-barang atau jasa. Misalnya, semakin tinggi serius, akhir terjadinya akumulasi modal yang semakin tinggi, dan di pihak lain terjadi perolehan
REVOLUSI TEORI EKONOMI MAKRO
Depresi Ekonomi dan Relevansi Teori
1. Depresi ekonomi yang terjadi pada tahun-tahun 1930-an sudah menhadirkan petaka bagi aktivitas ekonomi, yang menhadirkan pengangguran yang luar biasa. Pengangguran berarti yang tidak memiliki sumber penghasilan yang secara hemat tidak memiliki daya beli. Apa yang diproduksi tidak sanggup diserap pasar, yang berakibat perusahaan-perusahaan (produsen) mengurangi produksi, sehingga aktivitas ekonomi menurun dunia sudah kelebihan penawaran lantaran produksi tidak terbeli.
2. Para hebat ekonomi mencoba mencari sebab-musabab terjadinya depresi tersebut, dan mencoba untuk menyelesaikannya. Berbagai teori ekonomi yang ada ternyata tidak bisa lagi untuk menjawaban persoalan-persolan yang muncul, sehingga mendorong kekuatan untuk mencari jalan ke luar. Ternyata teori-teori klasik dan neoklasik memiliki kelemahan yang berarti, sehingga andaian-andian yang dipakainya tidak sesuai lagi dengan ekonomi.
3. Dalam teori peluang kerja, teori usang itu tidak mengakui adanya pengangguran terpaksa. Mereka tidak mau berhenti dengan terjadinya penurunan tingkat upah, dan tidak bersedia bekerja dengan tingkat upah yang rendah. Pengangguran yang terpaksa ini mengganggu pembahasan teori-teori yang ada. Menurut teori ini, bila pengangguran terjadi, maka pengusaha harus menurunkan tingkat upah, sehingga tiruana penganggur tertampung dan keadaan tetap dalam peluang kerja penuh (full employment). Tetapi ada kelompok-kelompok yang tidak bersedia bekerja dengan tingkat upah yang relatif lebih rendah.
4. Dalam teori moneter klasik dan neoklasik terjadi pula dikotomi, lantaran variabel-variabel riil dalam pasar barang tidak sanggup dipengaruhi secara pribadi oleh variabel moneter, lantaran fungsi uang yang netral. Kaitan antarpasar uang, pasar tenaga kerja dan pasar barang kurang erat dalam anutan neoklasik. Uang memiliki fungsi spesialuntuk sebagai alat tukar, tidak sebagai alat penyimpan nilai atau kekayaan, sehingga setiap penambahan uang semata-mata diharapkan untuk transaksi.
5. Di samping problem tersebut, terjadi pula perbedaan paham perihal peranan pemerintah dalam mengatasi problem depresi ekonomi. Dalam hal ini Keynes dan beberapa hebat lainnya oke pemerintah memakai pengeluaran untuk pekerjaan umum sehingga masalah depresi sanggup diatasi. Tokoh yang populer mengajukan rekomendasi ini yaitu J.M. keynes yang berjasa dalam mengajukan teori-teori gres yang ialah revolusi dalam perkembangan teori ekonomi makro. Lingkungan pembahasan sudah menjadi lebih luas, lebih menyeluruh, tidak sanggup spesialuntuk dengan analisis mikro.
Kesempatan Kerja dengan Intervensi Pemerintah
1. Inti teori ekonomi makro yang dikemukakan J.M. Keynes yaitu kecenderungan konsumsi (dipihak lain berarti kecenderungan menabung), efisiensi kapital marjinal (MEC), dan preferensi likuiditas. Selanjutnya, ketiga prinsip yang pokok ini dilengkapi dengan fungsi-fungsi permintaan, penawaran, dan fungsi produksi. Perilaku orang menabung tidak sama dengan sikap investor, oleh lantaran itu sanggup terjadi jumlah investor yang diharapkan tidak sama dengan jumlah tabungan yang tersedia, atau sebaliknya. Tingkat investasi yang dilakukan tergantung pada MEC, sedangkan tabungan ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan.
2. Selanjutnya, penawaran uang tidak spesialuntuk untuk keperluan transaksi, pembelian barang maupun jasa, tetapi juga untuk keperluan spekulasi. Permintaan uang untuk transaksi tidak ada bedanya dengan yang ditemukan pada pasar uang klasik, tetapi seruan yang digunakan untuk spekulasi ialah hal yang gres sama sekali. Namun demikian, komponen yang gres ini sudah mendekatkan model pembahasan ke dalam kenyataan ekonomi. Karena fungsi uang bukan semata-mata untuk media-pertukaran, tetapi juga sebagai penyimpan nilai. melaluiataubersamaini demikian, pada suatu waktu, penerapan untuk spekulasi sanggup meningkat, dan kebutuhan uang untuk transaksi sanggup terganggu. Misalnya, bila tingkat bunga turun, kecenderungan investasi diperkirakan meningkat, tetapi dengan komponen kedua itu, harga obligasi sanggup naik dan menimbulkan kelebihan penawaran. Variabel tabungan tidak dipengaruhi tingkat bunga, tetapi oleh pendapatan, sedangkan investasi yang membuat kenaikan pendapatan. Bukan investasi yang tergantung pada pendapatan. Oleh lantaran itu aktivitas ekonomi sanggup menhadirkan resesi depresi. Singkatnya, fungsi investasi itu tidak stabil, sedangkan fungsi tabungan relatif stabil. Dapat terjadi investasi lebih kecil dari tabungan.
3. Pasar tenaga kerja dihadapkan dengan problem adanya pengangguran terpaksa yang tidak sanggup diselesaikan secara otomatis. Walaupun tingkat upah diturunkan, ada kelompok masyarakat yang tidak bersedia mendapatkan tingkat upah terlalu rendah. Untuk mengatasi ini (karena tabungan tidak cukup untuk investasi), maka seruan melaksanakan investasi. Kalau ini terjadi, maka seruan efektif bangun dan kecenderungan konsumsi kembali naik. Makara aspek (C+I) ialah komponen seruan efektif yang mendorong roda aktivitas ekonomi.
Kontroversi Teori Moneter
1. Teori-teori ekonomi dari Keynes menerima Koreksi yang membangun sehingga mendorong diskusi yang fokus penelitian-penelitian untuk menguji hipotetisnya, serta membuka kemungkinan lahirnya teori-teori baru. Dan penelitian-penelitian itu fungsi konsumsi memiliki aneka macam variabel. Teori moneter mengalami perdebatan, lantaran Friedman mengulas teori kuantitas yang klasik. Penelitian-penelitian yang lebih intensif dilakukan dalam rangka mengadu teori mana yang relatif lebih sesuai dengan perkembangan kenyataan ekonomi.
2. Efek-Keynes sudah mencoba untuk melihat relasi antara variabel harga dengan kebutuhan uang untuk transaksi preferensi likuiditas, di satu pihak, dan keperluan, untuk spekulasi di pihak lain, yang sanggup mendorong tingkat bunga turun sehingga volume investasi sanggup meningkat, sedangkan efek-Pigou sanggup pula menerangkan bahwa variabel kekayaan sanggup mempengaruhi konsumsi. Kalau efek-Keynes sanggup mempengaruhi pasar uang, sedangkan efek-Pigou mempengaruhi pasar barang. melaluiataubersamaini demikian timbul sintetis antara pemikiran neoklasik dan Keynes.
3. Dalam pengembangan teori-teori konsumsi, aneka macam penelitian dilakukan dan menemukan beberapa variabel yang memiliki imbas pada konsumsi suatu masyarakat. Ternyata, bukan spesialuntuk pendapatan otoriter saja yang besar lengan berkuasa secara berarti pada konsumsi, tetapi juga pendapatan relatif, pendapatan permguan, dan siklus kehidupan. Namun demikian, ketiga inovasi ini menyangkut jangka panjang sedangkan hipotetis pendapatan otoriter yaitu dengan pola waktu jangka pendek.
4. Friedman melanjutkan penelitiannya ke bidang teori moneter dan memugar teori kuantitas uang, Freidman menganggap bahwa uang yaitu kekayaan, bukan saja dalam pengertian keuangan tetapi juga dalam arti yang luas. Permintaan akan uang ditentukan oleh tingkat harga obligasi, potensi saham, inflasi, rasio kekayaan human wealth (kekayaan yang bersifat manusiawi) dan kekayaan yang nonhuman, serta kekayaan dalam harga berlaku. Variabel terakhir ini ialah pendapatan demikian, Friedman melihat bahwa modelnya kurang elastik terhadap variabel suku bunga, tetapi ternyata bilangan k relatif stabil daripada pengganda seruan terhadap uang. Dalam hal membandingkan kedua model itu (model Keynes dan Friedman), perlu diingat pola waktu masing-masing.
Aliran Supplyside Economics
1. Teori Unlimited Supplies of Labour ialah teori tenaga kerja klasik yang disusun kembali oleh Arthur Lewis. Analisisnya tidak terlepas dari tradisi klasik. Tradisi klasik dalam hal ini yaitu dalam mencapai pertumbuhan dengan akumulasi modal akan mengubah distribusi pendapatan dalam jangka panjang (distribusi personal), tetapi terdapat jumlah tenaga kerja berlimpah dengan tingkat upah subsisten. Sistem ekonomi ini tiruanla terdapat di Eropa masa klasik tetapi sektor subsisten mengecil, kemudian keadaan itu dijumpai secara luas di negeri-negeri Asia. Sektor kapitaslis yang modern memiliki tenaga kerja terampil, dengan tingkat upah tinggi, produktivitas tinggi, sedangkan di pihak lain tersebar luas sektor subsisten dengan produktivitas yang sangat rendah, teknologi tradisional dengan tingkat upah yang rendah. Pada sektor subsisten terjadi kelebihan tenaga kerja. Tingkat upah subsisten itu ditentukan dengan kebutuhan minimum atau tingkat produktivitas rata-rata pada sektor pertanian.
2. Investasi yang dilakukan di sektor kapitalis secara umum tidak meningkatkan upah, namun lebih berarti dalam pembentukan keuntungan dan keuntungan ini sangat kecil yang diinvestasi kembali lantaran penanam modal memiliki kepentingan di luar negeri, maka sanggup terjadi ekspor modal. Ekspor modal tentunya mengurangi pembentukan modal di dalam negeri. Bahkan kebutuhan dalam negeri sebagian berasal dari impor yang relatif mahal. Keuntungan komparatif sanggup dimiliki negeri ini, tetapi lantaran adanya perlindungan maka persaingan sanggup kalah dari negeri-negeri lain yang relatif memiliki pasar bebas.
3. Gejala-gejala insiden ekonomi 1960-an jadinya secara nyata ditemukan pada tahun 1970-an, di mana ekonomi tidak sanggup dikelola dari segi permintaan. Dua dekade tahun setelah Perang Dunia ke-2, pendekatan akal yang menekankan sisi seruan pun berakhir. Berbagai faktor yang bersifat struktural muncul yang mustahil spesialuntuk dikelola secara makro melalui sisi permintaan. Baby-boom tahun 1950-an, krisis energi, regulasi ekonomi lingkungan hidup, dan problem persediaan pangan ialah masalah-masalah yang tidak sanggup terselesaikan dengan pengelola ekonomi permintaan. Oleh lantaran itu, timbul gagasan untuk mengelola ekonomi dari sisi penawaran. Pengelolaan ini diatur dari sisi seruan pemerintah dikurangi penurunan pajak, baik pajak-pajak pendapatan, maupun pajak perusahaan dan pajak kredit investasi. Teorinya yaitu mengubah sikap dengan rangsangan. melaluiataubersamaini menurunnya pajak, maka pendapatan personal meningkat, return kekayaan meningkat, bunga turun dan arus investasi bertambah. Produktivitas baik, pendapatan naik, kecenderungan konsumsi naik dengan kondisi ekonomi yang lebih efisien. melaluiataubersamaini ekonomi yang efisien, barang-barang sanggup diekspor, sedangkan impor relatif mahal dalam hal ini seruan terhadap kenaikan upah tidak ibarat pada pendekatan seruan efektif lantaran inflasi relatif rendah, dan tingkat pertumbuhan relatif tinggi. melaluiataubersamaini demikian ekonomi terhindar dari stagflasi walaupun demikian, bila permintaan, maka keadaan sebaliknya sanggup terjadi.

Teori Pertumbuhan Ekonomi
1. Karena persoalan-persoalan depresi ekonomi 1930-an sudah teratasi, maka muncul fenomena ekonomi yang lain di Amerika Serikat. Ada menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk menurun, tabungan lebih besar dari investasi, muncullah hipotesis ekonomi dalam keadaan stagnasi. Gejala itu menandakan menurunnya seruan efektif keadaan itu berubah, setelah Amerika Serikat memasuki Perang Dunia ke-2, di mana seruan efektif bangun kembali, lantaran pengeluaran pemerintah untuk membiayai perang dan industri senjata.
2. Harrod pada tahun 1939 sudah menyusun model pertumbuhan ekonomi yang bertolak dari prinsip-prinsip yang digunakan Keynes. Teorinya menurut 3 variabel utama, yakni tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh rasio tabungan dengan pendapatan dan rasio modal dengan tingkat pertambahan penduduk, sedangkan tingkat investasi ditentukan oleh harapan-harapan investor (pengusaha). melaluiataubersamaini demikian sanggup terjadi ketidakstabilan dalam pertumbuhan. Artinya tingkat pertumbuhan yang direncanakan tidak sama dengan tingkat pertumbuhan yang aktual, yang mengakibatkan terjadinya kelebihan produksi atau belum sempurnanya produksi.
3. Solow yang bertolak dari pemikiran ekonomi Neoklasik menyusun pula teori pertumbuhan ekonomi dengan memakai teori produksi yang mengatasi kelemahan-kelemanah model Harrod-Domar. Di sini pun terdapat tiga variabel utama, tetapi unsur ketidakstabilan itu sudah dihilangkan. Fungsi produksi ditetapkan dalam modal perkapita; pertambahan modal per kapita sama dengan jumlah tabungan per kapita dikurangi dengan jumlah pertumbuhan investasi per kapita. Output terbagi dua, yakni untuk konsumsi dan untuk investasi. Dalam model ini ada tiga fungsi utama, yakni fungsi produksi, fungsi tabungan, dan fungsi investasi. melaluiataubersamaini demikian, tingkat keseimbangan antara ketiga fungsi itu stabil yang sedang berkembang, kemungkinan terjadi perangkap-pertumbuhan, lantaran tingkat akumulasi modal yang kecil, bahkan tingkat pertumbuhannya sanggup lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk.
Sumber Buku Sejarah Teori-teori Ekonomi Karya Disman


LihatTutupKomentar