Menurut Kamus Bahasa Indonesia SLTA, dijelaskan bahwa ”minat adalah,keinginan untuk memperhatikan atau melaksanakan sesuatu”.
Schiffman dan Kanuk (2004:25), menandakan bahwa efek eksternal, kesadaran akan kebutuhan, pengenalan produk dan penilaian alternatif yaitu hal yang sanggup menimbulkan minat beli konsumen. Pengaruh eksternal ini terdiri dari perjuangan pemamasukan dan faktor sosial budaya
berdasarkan Simamora (2002:131) minat yaitu sesuatu yang langsung dan berafiliasi dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melaksanakan serangkaian tingkah laris untuk mendekati atau mendapat objek tersebut.
Menurut Kotler, Bowen dan Makens (1999:156) terkena minat beli : minat beli timbul sehabis adanya proses penilaian alternatif dan di dalam proses evaluasi, seseorang akan membuat suatu rangkaian pilihan terkena produk yang hendak dibeli atas dasar merek maupun minat.
Menurut Kotler dan Keller (2003:181), customer buying decision – all
their experience in learning, choosing, using, even disposing of a product. Yang
kurang lebih mempunyai arti minat beli konsumen yaitu sebuah sikap konsumen dimana
konsumen mempunyai impian dalam membeli atau menentukan suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, memakai dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk.
berdasarkan Kotler dan Keller (2003:186) the consumer may also form an intention to buy the most preffered merk yang berarti bahwa konsumen mempunyai impian untuk membeli suatu produk berdasarkan pada sebuah merek.
Menurut Boyd, Walker, dan Larreche (2000:6-7), seseorang menginginkan produk, merek, dan jasa tertentu untuk memuaskan kebutuhan. Selain itu impian orang juga dibuat oleh efek sosial, sejarah masa lalu, dan pengalaman konsumsi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen
Swastha dan Irawan (2001) mengemukakan faktor-faktor yang menghipnotis minat membeli berafiliasi dengan perasaan dan emosi, kalau seseorang merasa bahagia dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat.
Super dan Crites (Lidyawatie, 1998) menandakan bahwa ada beberapa faktor yang menghipnotis minat, yaitu :
a. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang sanggup diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, kegiatan yang dilakukan, penerapan waktu senggangnya, dan lain-lain.
b. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih praktis mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.
c. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang memakai waktu senggangnya.
d. Perbedaan jenis kelabuin, artinya minat perempuan akan tidak sama dengan minat pria, contohnya dalam rujukan belanja.
e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, remaja dan orangtua akan tidak sama minatnya terhadap suatu barang, kegiatan benda dan seseorang.
Sedangkan berdasarkan Kotler, Bowen, dan Makens (1999) terdapat dua faktor yang menghipnotis minat beli seseorang dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu situasi tidak terduga (Unexpected situation) dan sikap terhadap orang lain (Respect to Others)
Untuk memahami proses motivasi yang mendasari dan mengarahkan sikap konsumen dalam melaksanakan pembelian perlu dipahami beberapa konsep antara lain;
a. Teori ekonomi mikro
Menurut teori ini keputusan membeli ialah hasil perhitungan irit rasional yang sadar. Teori ini didasarkan pada perkiraan yaitu:
1. Bahwa konsumen selalu mencoba untuk memaksimumkan kepuasaanya dalam batas-batas kemampuan finansialnya
2. Bahwa ia mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan kebutuhannya.
3. Bahawa ia selalu bertindak rasional.
b. Teori Psikologis
Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori psikologis yang secara garis besar sanggup dibagi dalam 2 bab yaitu, teori berguru dan teori psikoanalitis.
Teori psikologis ini mendasarkan pada penerapan teori psikologis yang beropini bahwa pada umumnya insan selalu didorong untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
c. Teori Psikoanalitis
Teori Psikoanalitis didasarkan pada perkiraan bahwa sikap insan dipengaruhi oleh adanya impian yang terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi. Perilaku insan ini yaitu ialah hasil kolaborasi dari ketiga aspek dalam struktur kepribadian manusiab yaitu, id (das es), ego (das ich) dan super ego (das veber ich).
d. Teori Antropologis
Menurut teori ini bahwa sikap insan dipenhgaruhi oleh kultur yang terdiri dari masyarakat sekitar, kelas sosial yang berlaku serta keluarga
Minat Pembelian Ulang (Future Intention)
pembelian ulang (repeat purchase) berdasarkan Peter/Olsen (2002)adalah : Kegiatan pembelian yang dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali.
Kepuasan yang diperoleh seorang konsumen, sanggup mendorong ia melaksanakan pembelian ulang (repeat purchase), menjadi loyal terhadap produk tersebut ataupun loyal terhadap toko daerah ia membeli barang tersebut sehingga konsumen sanggup menceritakan hal-hal yang baik kepada orang lain.
Menurut Schiffman & Kanuk (2000) sikap pembelian ulang itu sangat berafiliasi dengan konsep dari merk loyalty, dimana kebanyakan perusahaan mendukung alasannya hal ini memilki donasi yang besar untuk kestabilan yang baik di dalam marketplace.
Zeithalm et al (1996) menekankan bahwa pentingnya mengukur minat beli kembali (future intention) pelanggan untuk mengetahui impian pelanggan yang tetap setia / meninggalkan suatu barang / jasa. Konsumen yang merasa bahagia dan puas akan barang / jasa yang sudah dibelinya, akan berpikir untuk membeli ulang kembali barang / jasa tersebut. Pembelian yang berulang akan membuat konsumen menjadi loyal terhadap suatu barang / jasa (Band, 1991).
Schiffman dan Kanuk (2004:25), menandakan bahwa efek eksternal, kesadaran akan kebutuhan, pengenalan produk dan penilaian alternatif yaitu hal yang sanggup menimbulkan minat beli konsumen. Pengaruh eksternal ini terdiri dari perjuangan pemamasukan dan faktor sosial budaya
berdasarkan Simamora (2002:131) minat yaitu sesuatu yang langsung dan berafiliasi dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melaksanakan serangkaian tingkah laris untuk mendekati atau mendapat objek tersebut.
Menurut Kotler, Bowen dan Makens (1999:156) terkena minat beli : minat beli timbul sehabis adanya proses penilaian alternatif dan di dalam proses evaluasi, seseorang akan membuat suatu rangkaian pilihan terkena produk yang hendak dibeli atas dasar merek maupun minat.
Menurut Kotler dan Keller (2003:181), customer buying decision – all
their experience in learning, choosing, using, even disposing of a product. Yang
kurang lebih mempunyai arti minat beli konsumen yaitu sebuah sikap konsumen dimana
konsumen mempunyai impian dalam membeli atau menentukan suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, memakai dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk.
berdasarkan Kotler dan Keller (2003:186) the consumer may also form an intention to buy the most preffered merk yang berarti bahwa konsumen mempunyai impian untuk membeli suatu produk berdasarkan pada sebuah merek.
Menurut Boyd, Walker, dan Larreche (2000:6-7), seseorang menginginkan produk, merek, dan jasa tertentu untuk memuaskan kebutuhan. Selain itu impian orang juga dibuat oleh efek sosial, sejarah masa lalu, dan pengalaman konsumsi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen
Swastha dan Irawan (2001) mengemukakan faktor-faktor yang menghipnotis minat membeli berafiliasi dengan perasaan dan emosi, kalau seseorang merasa bahagia dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat.
Super dan Crites (Lidyawatie, 1998) menandakan bahwa ada beberapa faktor yang menghipnotis minat, yaitu :
a. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang sanggup diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, kegiatan yang dilakukan, penerapan waktu senggangnya, dan lain-lain.
b. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih praktis mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.
c. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang memakai waktu senggangnya.
d. Perbedaan jenis kelabuin, artinya minat perempuan akan tidak sama dengan minat pria, contohnya dalam rujukan belanja.
e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, remaja dan orangtua akan tidak sama minatnya terhadap suatu barang, kegiatan benda dan seseorang.
Sedangkan berdasarkan Kotler, Bowen, dan Makens (1999) terdapat dua faktor yang menghipnotis minat beli seseorang dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu situasi tidak terduga (Unexpected situation) dan sikap terhadap orang lain (Respect to Others)
Untuk memahami proses motivasi yang mendasari dan mengarahkan sikap konsumen dalam melaksanakan pembelian perlu dipahami beberapa konsep antara lain;
a. Teori ekonomi mikro
Menurut teori ini keputusan membeli ialah hasil perhitungan irit rasional yang sadar. Teori ini didasarkan pada perkiraan yaitu:
1. Bahwa konsumen selalu mencoba untuk memaksimumkan kepuasaanya dalam batas-batas kemampuan finansialnya
2. Bahwa ia mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan kebutuhannya.
3. Bahawa ia selalu bertindak rasional.
b. Teori Psikologis
Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori psikologis yang secara garis besar sanggup dibagi dalam 2 bab yaitu, teori berguru dan teori psikoanalitis.
Teori psikologis ini mendasarkan pada penerapan teori psikologis yang beropini bahwa pada umumnya insan selalu didorong untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
c. Teori Psikoanalitis
Teori Psikoanalitis didasarkan pada perkiraan bahwa sikap insan dipengaruhi oleh adanya impian yang terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi. Perilaku insan ini yaitu ialah hasil kolaborasi dari ketiga aspek dalam struktur kepribadian manusiab yaitu, id (das es), ego (das ich) dan super ego (das veber ich).
d. Teori Antropologis
Menurut teori ini bahwa sikap insan dipenhgaruhi oleh kultur yang terdiri dari masyarakat sekitar, kelas sosial yang berlaku serta keluarga
Minat Pembelian Ulang (Future Intention)
pembelian ulang (repeat purchase) berdasarkan Peter/Olsen (2002)adalah : Kegiatan pembelian yang dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali.
Kepuasan yang diperoleh seorang konsumen, sanggup mendorong ia melaksanakan pembelian ulang (repeat purchase), menjadi loyal terhadap produk tersebut ataupun loyal terhadap toko daerah ia membeli barang tersebut sehingga konsumen sanggup menceritakan hal-hal yang baik kepada orang lain.
Menurut Schiffman & Kanuk (2000) sikap pembelian ulang itu sangat berafiliasi dengan konsep dari merk loyalty, dimana kebanyakan perusahaan mendukung alasannya hal ini memilki donasi yang besar untuk kestabilan yang baik di dalam marketplace.
Zeithalm et al (1996) menekankan bahwa pentingnya mengukur minat beli kembali (future intention) pelanggan untuk mengetahui impian pelanggan yang tetap setia / meninggalkan suatu barang / jasa. Konsumen yang merasa bahagia dan puas akan barang / jasa yang sudah dibelinya, akan berpikir untuk membeli ulang kembali barang / jasa tersebut. Pembelian yang berulang akan membuat konsumen menjadi loyal terhadap suatu barang / jasa (Band, 1991).