-->
Makalah: Virus Rubella - Penyebab, Tanda Dan Gejalanya
BAB II
PEMBAHASAN

1.     RUBELLA
A.    PENGERTIAN

Rubella atau campak Jerman ialah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada insan normal. Tetapi bila infeksi didapat ketika kehamilan, sanggup mengakibatkan gangguan pada pembentukan organ dan sanggup menimbulkan kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat ialah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan pengguguran terapeutik, yang terjadi bila infeksi rubela ini muncul pada pertama kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang perempuan terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia mempunyai kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome).

Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, bila ibu terinfeksi rubela pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul ialah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya ialah glaukoma, mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 ahad jarang mengakibatkan kelainan.

A.   TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda dan tanda-tanda rubella, terutama pada anak-anak, sering begitu enteng sehingga susah untuk dilihat. Jika tanda-tanda dan tanda-tanda yang terjadi, mereka biasanya muncul antara dua dan tiga ahad setelah terpapar virus. Rubella biasanya berlangsung sekitar dua hingga tiga hari dan gejalanya sebagai diberikut:
1.      Demam enteng dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah Mengantuk
2.      Sakit tenggorok
3.      Ruam-berwarna merah terperinci atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula.
4.      Pembengkakan kelenjar leher.
5.      Sakit kepala
6.      Hidung tersumbat atau pilek.
7.      Radang, mata merah

B.   PENYEBAB
            Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak dan sampaumur muda. Pada ibu hamil bisa menimbulkan bayi lahir tuli. Penularan virus rubella ialah melalui udara dengan daerah masuk pertama melalui nasofaring dan orofaring. Sesudah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 hingga 14 hari hingga timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 kepingan : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi ketika replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang sampaumur yang rentan dan berafiliasi dengan bayi tersebut.

C.   DIAGNOSA

Diagnosis Ditegakkan berdasarkan tanda-tanda klinis yang timbul, dan dari investigasi darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya terhadap rubela. Diagnosa ditegakkan melalui investigasi serologi. IgM akan cepat memdiberi respon setelah keluar ruam dan kemudian akan menurun dan hilang dalam waktu 4 – 8 minggu, IgG juga mempersembahkan respon setelah keluar ruam dan tetap tinggi selama hidup.
Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari hemagglutination-inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali selang waktu 2 ahad atau setelah adanya IgM. Diagnosa Rubella juga sanggup ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut. Ditemukannya IgM dalam darah talipusat atau IgG pada neonatus atau bayi 6 bulan mendukung diagnosa infeksi Rubella.

2.     RUBELLA PADA KEHAMILAN
A.    DEFINISI
            10 – 15% perempuan sampaumur rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan penyakit tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil sanggup atau tidak menunjukkan adanya tanda-tanda penyakit. Derajat penyakit terhadap ibu tidak berdampak terhadap resiko infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I mempersembahkan dampak besar terhadap janin. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada perempuan hamil muda, lantaran sanggup mengakibatkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan ialah 50%, sedangkan bila infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Bila ibu hamil yang belum kebal terjangkit virus Rubella ketika hamil kurang dari 4 bulan, akan terjadi banyak sekali cacat berat pada janin. Sebagian besar bayi akan mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran, bocor jantung, bahkan kerusakan otak. Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT mengakibatkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang indera pendengaran membesar dan agak nyeri. Sesudah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Tidak tiruana janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi ketika usia kehamilannya < 12 ahad maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu ketika usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen.
Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen bila ibu terinfeksi ketika usia kehamilan > 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi spesialuntuk bila ibu terinfeksi pada ketika umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi. Di samping itu, bayi juga mencakupko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf.

B.     PENCEGAHAN
            Vaksinasi semenjak kecil atau sebelum hamil. Untuk pertolongan terhadap serangan virus Rubella sudah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus dipakai untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).Vaksin Rubella didiberikan pada usia 15 bulan. Sesudah itu harus mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap didiberikan umur 11-12 tahun, bahkan hingga remaja. Vaksin tidak sanggup didiberikan pada ibu yang sudah hamil.
Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya mengusut kekebalan tubuh terhadap Rubella, ibarat juga terhadap infeksi TORCH lainnya.
Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi atau sudah divaksinasi terhadap Rubella. Anda mustahil terkena Rubella lagi, dan janin 100% aman. Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda gres terinfeksi Rubella atau gres divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan hingga IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan.
Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan mempersembahkan vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah hamil, yang sanggup dikerjakan ialah mencegah anda terkena Rubella. Bila sudah hamil padahal belum kebal, terpaksa berusaha menghindari tertular Rubella dengan cara diberikut: Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke daerah banyak anak berkumpul, contohnya Playgroup sekolah Taman Kanak-kanak dan SD. Jangan pergi ke daerah penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak sanggup 100% dilaksanakan lantaran situasi atau lantaran orang lain yang terjangkit Rubella belum tentu menawarkan tanda-tanda demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu. Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella. Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar Rubella dengan mengusut IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti benar infeksi Rubella baru. Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan investigasi diambil dari air ketuban (cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter hebat kandungan & kebidanan, dan gres sanggup dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 22 minggu.
C.    PEMERIKSAAN
            Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada tiruana pasien hamil dengan mengukur IgG . Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa pasca persalinan. Tindak lanjut investigasi kadar rubella harus dilakukan oleh lantaran 20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak menunjukkan adanya respon pembentukan antibodi dengan baik. Infeksi rubella tidak ialah kontra indikasi pemdiberian ASI
            Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemdiberian profilaksis dengan gamma globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh lantaran tidak memdiberi pertolongan terhadap janin.Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi investigasi Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG sanggup dipakai untuk mendeteksi adanya kekebalan pada ketika sebelum hamil. Jika ternyata belum mempunyai kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat mempunyai kegunaan untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 ahad dan risiko infeksi rubella bawaan.
D.    TERAPI ANTIVIRUS
1.      Acyclovir ialah anti virus yang dipakai secara luas dalam kehamilan
2.      Acyclovir diharapkan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
3.      Selama kehamilan takaran pengobatan tidak perlu diadaptasi
4.      Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama kehamilan : Amantadine dan Ribavirin
3.     RUBELLA PADA PERSALINAN
A.    Penyebab
            Adanya kuman yang masuk semisal lantaran dilakukan investigasi dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibatketuban pecah dini sebelum proses persalinan.
B.     Gejala Klinis
Suhu tubuh ibu gerah, detak jantung janin cepat, begitu pula dengan detak jantung ibu, air ketuban hijau kental dan berbau. Hal ini bisa membahayakan kondisi ibu dan janinnya bila tidak segera melahirkan.
C.    Penanganan            Jika ditemukan keadaan sangat gawat, bayi harus segera dilahirkan. Tentunya tergantung kondisi ibu ketika itu. Jika sudah waktunya mendekati persalinan, dilakukan tindakan vakum atau forsep. Jika masih jauh waktunya dari persalinan, akan dilakukan operasi meski dengan risiko bayi lahir prematur. Masalah operasi ini memang masih perdebatanal. ada perdebatan. Jika dalam keadaan infeksi dilakukan operasi, luka pada tubuh ibu bisa memicu terjadinya sepsis. Namun bila bayi tak dikeluarkan segera, akan terjadi hipoksia (belum sempurnanya oksigen), bahkan maut janin.
D.    Pencegahan            Proses persalinan dilakukan dengan cara dan peralatan yang steril mungkin, serta sedapat mungkin dimenolong oleh tenaga medis.

4.     RUBELLA PADA NIFAS
A.    Penyebab
            Kuman kuman Infeksi setelah persalinan sanggup dijumpai pada endometrium atau lapisan dalam rahim. Infeksi sanggup terjadi bila pertolongan persalinan tidak steril; kondisi daya tahan tubuh menurun sehingga kuman yang tadinya tidak menimbulkan penyakit jadi menimbulkan penyakit; banyaknya luka terbuka di rahim akhir lepasnya plasenta, sehingga bila ada satu dua kuman yang masuk ke dalam luka tersebut menimbulkan infeksi
B.     Gejala Klinis
Tergantung keganasan kumannya serta masa inkubasi. Bisa dalam hitungan jam atau hari. Gejalanya ada reaksi radang ibarat suhu tubuh naik (gerah tinggi) dan tubuh terasa nyeri, menggigil, nafsu makan menurun. Pada hari kedua mungkin timbul perlawanan antibodi-antigen. Kemudian keluarlah nanah yang berbau dari vagina/jalan lahir. Jika berlanjut, kuman bisa masuk dalam ajaran darah dan terjadi sepsis sehingga keinginan hidup si ibu kemungkinan sangat kecil.
C.    Diagnosis
Ditegakkan berdasar tanda-tanda klinis pada ibu masa nifas, yaitu gerah tinggi, lokhia berbau/nanah, denyut nadi cepat, rahim tidak berkontraksi secara adekuat.
D.    Pengobatan
            Di rawat di rumah sakit dengan pemdiberian infus/cairan yang adekuat, antibiotik yang sesuai, dan usahakan rahim berkontraksi.
E.     Pencegahan            Persalinan diupayakan dengan cara sesteril mungkin. Dianjurkan pula ibu hamil untuk imunisasi terutama tetanus guna pertolongan ketika pemotongan tali sentra dengan bayi. Sesudah persalinan, lantaran terjadinya perdarahan, biasanya dokter mempersembahkan obat-obatan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi. Meski ada juga dokter yang tidak mempersembahkan obat-obatan antibiotik dengan anggapan bahwa luka yang diakibatkan persalinan ialah alami dan sanggup sembuh sendiri. Selain itu, penerapan antibiotika dianggap boros dan membuat kuman tertentu menjadi resisten.

BAB III

 PENUTUP


A.   SIMPULAN

            Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT mengakibatkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang indera pendengaran membesar dan agak nyeri. Sesudah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Sedangkan dalam persalinan terjadi akhir adanya kuman yang masuk lantaran dilakukan investigasi dalam tanpa keadaan yang steril, juga akhir ketuban pecah dini sebelum proses persalinan. Selain itu Kuman kuman Infeksi setelah persalinan sanggup dijumpai juga pada endometrium atau lapisan dalam rahim . Infeksi sanggup terjadi bila pertolongan persalinan tidak steril.
B.     SARAN
Bidan di harapkan sanggup mendeteksi sedini mungkin adanya tanda dan tanda-tanda yang mengarah ke Rubella terutama pada ibu tersebut hamil, biar ibu tidak terlambat dalam mendapat penanganan.


DAFTAR PUSTAKA


Adam JMF. Survei diabetes melltitus pada perempuan hamil. Penelitian Universitas Hasanuddin. 1986.
Amankwah KS, Prentile RL, Fleury FJ. The incidence of gestational diabetes. Obstetric and Gynecology 1977; 49:497-498.
Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC
/search?q=26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan

Selengkapnya Klik DOWNLOAD

LihatTutupKomentar