A. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi Sosial
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling bekerjasama dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang sanggup menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial yakni kontak atau kekerabatan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial yakni kekerabatan antar insan yang menghasilkan suatu proses efek mempengaruhi yang menghasilkan kekerabatan tetap dan pada jadinya memungkinkan pembentukan struktur sosial”.
“Interaksi positif spesialuntuk mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004). Berdasarkan definisi di atas maka, penulis sanggup menyimpulkan bahwa interaksi sosial yakni suatu kekerabatan antar sesama insan yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam kekerabatan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.
2. Macam - Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Interaksi antara individu dan individu
Dalam kekerabatan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, kalau jika kekerabatan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, kalau kekerabatan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun sanggup berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kolaborasi antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.
3. Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat berdasarkan Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :
1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) ibarat :
a. Kerja sama
Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi
Adalah suatu proses pembiasaan sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok insan untuk meredakan perperihalan.
c. Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang tidak sama, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan orisinil mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan gres sebagai kebudayaan campuran.
d. Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat insan dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan abnormal sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan abnormal itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa mengakibatkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk perperihalan atau konflik, ibarat :
a. Persaingan
Adalah suatu usaha yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, supaya memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan bahaya atau benturan fisik di pihak lawannya.
b. Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan perperihalan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut sanggup berkembang menjadi kebencian akan tetapi tidak hingga menjadi perperihalan atau konflik.
c. Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akhir adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
4. Ciri - Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain :
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu rujukan sistem sosial tertentu
5. Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat berdasarkan Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial sanggup berlangsung kalau memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu :
a. Kontak sosial
Adalah kekerabatan antara satu pihak dengan pihak lain yang ialah pertama terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b. Komunikasi
Artinya bekerjasama atau bergaul dengan orang lain.
B. Stratifikasi Sosial.
1. Pengertian stratifikasi
Stratifikasi sosial berdasarkan Pitirim A. Sorokin yakni perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis) dan sistem lapisan dalam masyarakat itu ialah ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial berdasarkan Drs. Robert M.Z. Lawang yakni penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis berdasarkan dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Statifikasi sosial berdasarkan Max Weber yakni stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis berdasarkan dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
2. Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau lebih banyak didominasi sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial yakni sebagai diberikut.
3. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) sanggup dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa mempunyai kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut sanggup dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam membuatkan kepada sesama
4. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, alasannya yakni orang yang kaya dalam masyarakat biasanya sanggup menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang sanggup menhadirkan kekayaan.
5. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan sanggup terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang bau tanah ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
6. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering digunakan oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, contohnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional ibarat profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini kalau gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, contohnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah tiruan dan seterusnya.
B. Manusia dan Kebudayaan
1. Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan tidak sama-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, insan diklasifikasikan sebagai Homo Sapien (Bahasa latin yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah spesiesprimata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan memakai konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalamantropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penerapan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk sumbangan satu sama lain serta pertolongan.
2. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, pelengkap lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan ialah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan yakni masukana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari banyak sekali definisi tersebut, sanggup diperoleh pengertian terkena kebudayaan yakni sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan mencakup sistem wangsit atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan yakni benda-benda yang diciptakan oleh insan sebagai makhluk yang berbudaya, berupa sikap dan benda-benda yang bersifat nyata, contohnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang ketiruananya ditujukan untuk memmenolong insan dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
3. Kaitan Manusia dan Kebudayaan
Dalam sosiologi insan dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya tidak sama tetapi keduanya ialah satu kesatuan. Manusia membuat kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur insan supaya sesuai dengannya.
Dari sisi lain, kekerabatan antara insan dan kebudayaan ini sanggup dipandang setara dengan kekerabatan antara insan dengan masyarakat ditetapkan sebagai diaektis, maksudnya saling terikat satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu:
- Eksternalisasi, proses dimana insan mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
- Obyektivasi, proses dimana masyarakat menjadi realisasi obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari insan dan berhadapan dengan manusia. melaluiataubersamaini demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk sikap manusia.
- Internalisasi, proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa insan mempelajari kembali masyarakatnya sendiri supaya beliau sanggup hidup dengan baik, sehingga insan menjadi kenyataan yang dibuat oleh masyarakat.
C. SOSIALISASI
1. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi yakni sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori terkena peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bahu-membahu menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
a) Sosialisasi primer
Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan mencar ilmu menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung ketika anak berusia 1-5 tahun atau ketika anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluargadan lingkungan keluarga. Secara sedikit demi sedikit beliau mulai bisa membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, tugas orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting alasannya yakni seorang anak melaksanakan rujukan interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya
b) Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder yakni suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuk-bentuknya yakni resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang didiberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama. Ada dua tipe sosialisasi, yaitu :
c) Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam negara, ibarat pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
d) Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, ibarat antara kawan, sobat dekat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat
D. FAKTOR-FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL .
1. Faktor Perubahan Sosial
Perubahan-perubahan pada masyarkat-masyarakat di dunia arif balig cukup akal ini ialah tanda-tanda yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lannya, antara lain berkat adanya komunikasi yang modern. Penemuan-penemuan gres di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dengan cepat sanggup diketahui oleh masyarakat-masyarakat lain yang jauh dari tempat tersebut. Hal ini mengakibatkan suatu perubahan sosial budaya pada masyarakat di suatu tempat. Faktor yang mengakibatkan perubahan sosial, pada umumnya sanggup dikatakan bahwa sebab-sebab tersebut sumbernya mungkin ada yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letak dan posisinya di luar masyarakat itu yaitu hadirnya sebagai efek dari masyarakat lain atau dari alam sekitarnya. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yakni antar lain:
2. Bertambah atau berkurangnya penduduk
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat di pulau jawa mengakibatkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Berkurangnya penduduk mngkin disebabkan lantaran pindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari tempat ke tempat lain. Perpindahan penduduk tersebut menimbulkan kekosongan, misalnaya dalam bidang pertolongan kerja, stratifikasi sosial dan selanjutnya yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
3. Penemuan-penemuan Baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu usang yakni inovasi. Proses tersebut mencakup suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan gres tersebar ke lain-lain penggalan dari masyarakat dan cara-cara unsur kebudayaan gres diterima, dipelajari dan jadinya digunakan dalam masyarakat yang bersangkutan.
4. Perperihalan
Dalam masyarakat mungkin rujukan menjadi alasannya yakni daripada terjadnya perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Perperihalan-perperihalan tersebut mungkin terjadi antara orang perorangan dengan kelompoknya atau perperihalan antar kelompok-kelompok.
5. Terjadinya Pemberontakan atau revolusi di dalam Tubuh masyarakat itu sendiri
Revolusi yang terjadi pada bulan Oktober 1917 di rusia mengakibatkan terjadinya perubahan besar di sana. Negara tersebut yang mula-mula mempunyai bentuk kerajaan yang absolut, berkembang menjadi diktator proletariat yang di dasarkan pada doktrinMarxisme. Segenap lembaga-lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara hingga keluarga mengalami perubahan-perubahan yang besar hingga ke akar-akarnya.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG JALANNYA PROSES PERUBAHAN
1. Kontak dengan kebudayaan lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini yakni diffusion. Difusi yakni suatu proses pnyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang-perorangan kepada perorangan lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. melaluiataubersamaini proses tersebut insan bisa untuk menghimpun penemuan-penemuan baruyang sudah dihasilkan. melaluiataubersamaini adanya difusi, suatu penemuan gres yang sudah diterima oleh msyarakat, sanggup diteruskan dan disebarkan pada masyarakat laus smapai umat insan didunia sanggup menikmati kegunaan bagi kemajuan peradaban yaitu antara lain proses tersebut ialah pendorong bagi pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan masyarakat manusia.
2. Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan mempersembahkan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka fikirannya serta mendapatkan hal-hal yang gres dan juga bagaimana cara berfikir secara ilmiah.. pendidikan mengajarkan insan untuk sanggup berfikir secara adil , halmana akan sanggup mempersembahkan kemampuan baginya untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan sanggup memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat , maka masyarakat akan mempersembahkan pendorong bagi usaha-usaha untuk mengadakan penemuan-penemuan baru. Hadiah Nobel contohnya ialah pendorong untuk membuat hasil-hasil karya yang baru.
4. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat
Sistem terbuka tersebut memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas yang berarti memdiberi peluang bago orang-perorangan untuk maju atas dasar kemampuan-kemampuannya dalam. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan masyarakat-masyarakat yang mempunyaistatus yang lebig tinggi. Identifikasi ialah tingkah laris yang sedemikian rupa, sehingga seseorang merasa dirinya berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggapnya lebuh tinggi dengan keinginan supaya beliau diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Identifkasi terjadi di dalam kekerabatan superordinasi-subordinasi. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya, acapkali terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya.
5. Penduduk yang heterogen
Masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang tidak sama ras, ideologi yang tidak sama dan seterusnya, mempergampang terjadinya perperihala-perperihalan yang menimbulkan kegoncangan-kegoncangan. Keadaan tersebut ialah pendorong bagi terjadinya perubahan sosial.
6. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu.
Keadaan tersebut apabila sudah terjadi dalam waktu yang lama, di mana masyarakat mengalami tekanan-tekanan dan kekecewaandapat menyebakkan timbulnya suatu revolusi dalam masyarakat tersebut.
Selengkapnya Klik : DOWNLOAD