BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan ialah karunia dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang sanggup mempersembahkan manfaat bagi setiap kehidupan insan dan mempunyai arti penting bagi kelangsungan hidup manusia. Mengingat akan manfaat tersebut, maka hutan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dilestarikan baik untuk generasi kini maupun untuk generasi yang akan hadir1. Selain itu, memanfaatkan hutan juga harus memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup guna mendukung pengolahan hutan dan pembangunan kehutanan yang berkelanjutan2.
Indonesia ialah salah satu negara di dunia yang mempunyai hutan terluas. Artinya, bahwa Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sanggup dimanfaatkan untuk kemakmuran masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan, apabila bisa dikelola dengan baik dan bijak.
Masyarakat sekitar hutan kehidupannya sangat bergantung pada keberadaan hutan. Terdapat jutaan masyarakat pedesaan yang tinggal di sekitar hutan kehidupannya tergantung kepada produksi dan juga hasil hutan. Sayangnya hingga dengan ketika ini banyak penelitian mengatakan bahwa kehidupan masyarakat sekitar hutan pada umumnya tidak jauh dari kesan kemiskinan, keterbelakangan, kualitas hidup yang pas-pasan, dan hal-hal lain yang mengatakan betapa kondisi masyarakat sekitar hutan selalu berada dalam keadaan yang memprihatinkan.
Kondisi ini yaitu jawaban kesalahan pengelolaan hutan pada masa kemudian di mana kebijakan pengelolaan hutan lebih bertumpu pada paradigma timber based management. Pengelolaan hutan cenderung berorientasi pada pengeksploitasian hasil hutan berupa kayu yang berbasis pada upaya peningkatan atau pertumbuhan ekonomi. Pengelolaan sumber daya hutan sebagian diserahkan kepada swasta (pemilik modal besar) dengan keinginan terjadi produksi hutan (kayu) melalui prosedur fragmentasi daerah hutan dan suntikan investasi oleh swasta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perlindungan dan Pemanfaatan Hutan
Sektor kehutanan intinya mempunyai manfaat sosial yang sangat besar, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang sangat tergantung pada keberadaan hutan. Ketergantungan tersebut sanggup dilihat secara eksklusif maupun tidak langsung. Manfaat sosial eksklusif ditunjukkan oleh banyaknya produk-produk hutan baik kayu maupun non kayu (rotan, damar, gaharu, lebah madu dsb) yang menjadi gantungan hidup sebagian besar masyarakat sekitar hutan. Sedangkan manfaat sosial tidak eksklusif ditunjukkan oleh adanya keseimbangan lingkungan keberadaan hutan yang berdampak sosial antara lain: terjaganya sumber air, mencegah terjadinya petaka (banjir, longsor). Selain itu keberadaan sektor kehutanan (dari hilir ke hulu) sudah membuka peluang/lapangan kerja bagi penduduk Indonesia5.
Paradigma pembangunan kehutanan sejak bergulirnya masa reformasi sudah bergeser fungsi dan manfaat hutan yang tiruanla didominasi aspek ekonomi bergeser menjadi aspek ekologi, sosial-budaya dan ekonomi. Konsekuensi dari pergeseran paradigma tersebut tentunya diikuti dan membawa dampak kebijakan nasional, regional maupun daerah.
Dalam setiap kebijakan, program, aktivitas pembangunan kehutanan, kemiskinan selalu disebutkan dan dipertimbangkan. Banyak rancangan aktivitas yang sudah dilakukan dalam menanggulangi kemiskinan khususnya melalui pemberdayaan masyarakat sekitar hutan dengan pendekatan payung besar ”social forestry”, atau yang lebih banyak dikenal dengan Agroforestri.
Melalui upaya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, intinya sektor kehutanan mempunyai potensi dan peranan yang strategis dalam andil untuk ikut serta dalam menanggulangi kemiskinan baik secara eksklusif maupun tidak langsung. Banyak program/rancangan aktivitas yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan dalam penanggulangan kemiskinan diantaranya yaitu dengan aktivitas Sengonisasi yang dilaksanakan pada lahan kritis yang berada pada areal hutan hak (milik masyarakat) dan Gerakan Nasinal Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Pemberdayaan masyarakat ialah sebuah paradigma pembangunan yang berkeadilan dimana arah pembangunan berpusat pada rakyat sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitas ke arah kemandirian. Dalam pemberdayaan masyarakat, sangat diharapkan tugas aktif masyarakat itu sendiri. Peran individu bukan sebagai obyek melainkan sebagai pelaku (subyek) yang menetapkan tujuan yang ingin mereka capai, mengendalikan sumberdaya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupan.
B. Hutan Sebagai Penyangga Kehidupan Masyarakat
Hutan yaitu bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita sanggup menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah diberiklim dingin, di dataran rendah maupun di pepegununganan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Dalam pengertian awan kita sering mengartikan hutan sebagai sebuah daerah yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan besar dan banyak sekali tumbuhan lainnya. Jarang sekali kita dapati masyarakat mempunyai pemahaman yang cukup komperehensif berkaitan dengan pengertian hutan, padahal pemahaman wacana definisi hutan tentunya akan diberimplikasi pada bagaimana masyarakat memperlakukan hutan, lantaran didalam pengertian yang komprehensif tersebut akan terkandung pula fungsi dari hutan itu baik fungsi ekologis maupun fungsi sosialnya. Tak jarang pengertian hutan yang dimiliki oleh masyarakat sangatlah reduktif bahkan terdengar mistis.
Orang awam mungkin melihat hutan lebih sebagai sekumpulan pohon kehijauan dengan berguaka jenis satwa dan tumbuhan liar. Untuk sebagian, hutan berkesan petang, tak beraturan, dan jauh dari sentra peradaban. Sebagian lain bahkan akan menganggapnya menakutkan.
Namun bila kita mengikuti pengertian hutan yang berdasar pada kaidah ilmu kehutanan, hutan mempunyai arti sebagai diberikut :
a) Menurut Society of American Forester, “A plant association predominantly of tress or other woody vegetation, occupying an extensive area of land.”
b) Menurut W. Kardi, Hutan ialah lapangan yang di tumbuhi pepohonan, secara keseluruhan sebagai komplotan hidup alam hayati berserta alam lingkungannya atau ekosistem11.
c) Menurut, Hasanu Simon, Hutan yaitu suatu asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang didonimasi oleh pohon dan vegetasi berkayu yang mempunyai luasan tertentu sehingga sanggup membentuk iklim mikro dan kondisi ekologi yang spesifik12.
d) Menurut, L. Darjadi dan R. Hardjono, Hutan ialah suatu kelompok pepohonan yang cukup luas dan cukup rapat, sehingga sanggup membuat iklim mikro (micro climate) sendiri13.
e) Menurut, A. Arief, Hutan yaitu sutau masyarakat tumbuhtumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah yang terletak pada suatu daerah serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan yang dinamis
Makara sanggup disimpukan dari pengertian-pengertian tersebut bahwa definisi hutan yaitu suatu Luasan lahan tertentu yang didalamnya terdapat asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan (yang didominasi oleh pohon dan vegetasi berkayu) dan binatang, yang ialah suatu kesatuan ekologis yang tidak sanggup dipisahkan (ekosistem) sehingga sanggup membentuk iklim mikro (micro climate) dan kondisi ekologi yang spesifik.
Bila kita uraikan unsur-unsur yang terdapat pengertian hutan tersebut, terdapat unsur-unsur sebagai diberikut :
· Luasan lahan tertentu
· Asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan (yang didominasi oleh pohon dan vegetasi berkayu)
· Binatang
· Suatu kesatuan ekologis yang tidak sanggup dipisahkan (ekosistem)
· Iklim mikro (micro climate)
· Kondisi ekologi yang spesifik.
C. Ayat Al-Quran,
Tafsir Surat An-Nazi’at ayat 27-33
“Apakah engkau lebih susah penciptaanya ataukah langit? Allah Telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya kemudian menyempurnakannya, Dan ia menimbulkan malamnya petang gulita, dan menimbulkan siangnya jelas benderang. Dan bumi setelah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan pegunungan-pegunungan dipancangkan-Nya dengan teguh, (tiruana itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”
D. Penciptaan Alam Menurut Pandangan Ulama’
1. Tafsir Jalalain
Menurut Tafsir Jalalain, Allah sudah membuat bumi dalam dua hari yaitu hari Ahad dan hari Senin. Dan Dia sudah menimbulkan pegunungan-pegunungan yang kokoh dan berpengaruh denga air yang banyak dan tanam-tanaman serta pohon-pohon yang banyak pula. Dan Allah sudah enetapkan kadar-kadar masakan bagi insan dan fauna. Sesungguhnya masa penciptaan selama empat hari yaitu masa yang paling sempurna. Hal ini dijadikannya pada hari Selasa dan rabu.
Kemudian menuju pada penciptaan langit yang masih berupa asap yang membumbung tinggi. Allah membuat langit dalam dua hari yaitu hari Kamis dan Jum’at. Dan pada hari itu juga diciptakan Nabi Adam dan sesuai dengan makna ayat ini, yaitu ayat-ayat wacana penciptaan langit dan bumi dalam enam hari. Dan Dia perintahkan kepada penduduk yang ada di dalamnya, yaitu taat dan diberibadah kepada-Nya. Kemudian dihiasilah langit bintang-bintang yang cemerlang. Dan Allah sudah menjaganya dengan meteor-meteor dari setan-setan yang mau mencuri-curi pembicaraan para malaikat. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa di dalam kerajaan-Nya.
Hanya ini saja, Sebagian Isi makalah ini Telah Hilang, Oleh lantaran itu admin minta maaf.
*Klik Disini untuk : DOWNLOAD