Seperti dibahas sebelumnya dalam Stress Kerja ; Definisi dan Faktor Penyebab, bahwa ada tiga sumber yang sanggup mengakibatkan timbulnya stress yakni Faktor Lingkungan, Faktor Organisasi dan Faktor Individu. Stres dalam pekerjaan sanggup dicegah timbulnya dan sanggup dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang dihentikan dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di daerah kerja akhir persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan alasannya yaitu dari stres, justru akan menambah duduk kasus lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi kepingan penting semoga seseorang bisa merancang solusi terhadap duduk kasus yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di daerah kerja. Dalam hubungannya dengan daerah kerja, stres sanggup timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu lantaran kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari alasannya yaitu tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) sampai sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara bersahabat (Margiati, 1999:76). Suprihanto dkk (2003:63-64) menyampaikan bahwa dari sudut pandang organisasi, administrasi mungkin tidak khawatir jikalau karyawannya mengalami stres yang enteng. Alasannya lantaran pada tingkat stres lertentu akan mempersembahkan akhir positif, lantaran hal ini akan mendesak mereka untuk melaksanakan kiprah lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres enteng yang berkepantidakboleh akan membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres enteng mungkin akan mempersembahkan laba bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan ialah hal yang diinginkan. Maka administrasi mungkin akan berpikir untuk menibcrikan kiprah yang menyertakan stress enteng bagi karyawan untuk mempersembahkan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja.
Maka diharapkan pendekatan yang sempurna dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
1. Pendekatan Individual
Seorang karyawan sanggup berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, tes fisik, tes relaksasi, dan pertolongan sosial. melaluiataubersamaini pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan sanggup menuntaskan kiprah dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. melaluiataubersamaini tes fisik sanggup meningkatkan kondisi badan semoga lebih prima sehingga bisa menghadapi tuntutan kiprah yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres yaitu dengan roengumpulkan sobat dekat, kolega, keluarga yang akan sanggup mempersembahkan pertolongan dan masukan-masukan bagi dirinya.
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres yaitu tuntutan dari kiprah dan kiprah serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu sanggup diubah. Oleh lantaran itu strategi-strategi yang mungkin dipakai oleh administrasi untuk mengurangi stres karyawannya yaitu melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan acara kesejahteraan. Melalui taktik tersebut akan mengakibatkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya kekerabatan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Secara umum taktik administrasi stres kerja sanggup dikelompokkan mcnjadi taktik penanganan individual, organisasional dan pertolongan sosial (Margiati, 1999:77-78):
1. Strategi Penanganan Individual
Yaitu taktik yang dikembangkan secara langsung atau individual. Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Melakukan perubahan reaksi sikap atau perubahan reaksi kogtiitif.
Artinya, jikalau seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih lampau. Teknik time out ini bisa macam-macam, menyerupai istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air hambar atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.
b. Melakukan reiaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan medilasi ini bisa dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. melaluiataubersamaini melaksanakan relaksasi, karyawan sanggup membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. melaluiataubersamaini demikian karyawan yang melaksanakan relaksasi diharapkan sanggup mentransfer kemampuan dalam membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana mereka mengalami situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan yaitu dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan
pikiran yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.
c. Melakukan diet dan fitnes. Beberapa cara yang bisa ditempuh yaitu mengurangi masukan atau konsumsi garam dan masakan mengandung lemak, memperbanyak konsumsi masakan yang bervitamin menyerupai buah-buahan dan sayur-sayuran, dan banyak melaksanakan olahraga, menyerupai lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:78).
2. Strategi-strategi Penanganan Organisasional.
Strategi ini didesain oleh administrasi untuk menghilangkan atau mengontrol penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau mengurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres melalui organisasi sanggup dilakukan dengan :
a. Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi besar dikala ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi
dengan menyertakan infleksibel, iktim impersonal. Ini sanggup membawa pada stres kerja yang sungguh-sungguh. Sebuah taktik pengaturan mungkin membuat struktur tebih terdesentralisasi dan organik dengan pembuatan keputusan partisipatif dan pedoman komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin membuat Iklim yang lebih mendukung bagi pekerja, mempersembahkan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
b. Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik
dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawaban, pengakuan, dan peluang untuk pencapaian, peningkatan, dan pertumbuhan) atau dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan pusat menyerupai variasi skill, identitas tugas, Signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik mungkin membawa pada pernyataan motivasional atau pengalaman berani, tanggung jawaban, pengetahuan hasil-hasil.
c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi kiprah organisasional.
Konflik kiprah dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih pertama sebagai sebuah penekan individual utama. Ini mengacu pada administrasi untuk mengurangi konflik dan mengklarifikasi kiprah organisasional sehingga penyebab stress ini sanggup dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi yang terang dan penting atau sebuah pengertian yang ambigious dari apa yang beliau kerjakan. Sebuah taktik penjelasan kiprah yang spesifik memungkinkan seseorang mengambil sebuah peranan menemukan sebuah catatan ekspektansi dari masingmasing pengirim peran. Catatan ini kemudian akan dibandingkan dengan ekspektansi fokal seseorang, dan banyak perbedaan akan secara terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dan negoisasikan untuk memecahkan konflik.
d. Rencana dan pengembangan jalur karir dan menyediakan konseling.
Secara tradisional, organisasi sudah spesialuntuk menyampaikan melalui kepentingan dalam
perencanaan karir dan pengembangan pekerja mercka. Individu dibiarkan untuk tetapkan gerakan dan slrategi karir sendiri.
3. Strategi Dukungan Sosial.
Untuk mengurangi stres kerja, dibutuhkan pertolongan sosial terutama orang yang terdekat, menyerupai keluarga, mitra sekerja, pemimpin atau orang lain. Agar diperoleh pertolongan terbaik, dibutuhkan komunikasi yang baik pada tiruana pihak, sehingga pertolongan sosial sanggup diperoleh menyerupai dikatakan Landy (dalam Margiati, 1999:78) dan Goldberger & Breznitz (dalam Margiati, 1999:78).
Karyawan sanggup mengajak berbicara orang lain wacana duduk kasus yang dihadapi, atau sctldaknya ada daerah mengadu atas keluh kesahnya (Minner dalam Margiati, 1999:78).
Ada empat pendekatan terhadap stres kerja, yaitu pertolongan social (social support), meditasi (meditation), biofeedback, dan acara kesehatan langsung (personal wellness programs). Pendekatan tersebut sesuai dengan pendapat Keith Davis & John W. Newstrom, (dalam Mangkunegara, 2002:157-158) yang mengemukakan bahwa "Four approaches that of ten involve employee and management cooperation for stres management are social support, meditation, biofeedback and personal wellnes programs".
1. Pendekatan pertolongan sosial.
Pendekatan ini dilakukan melalui acara yang bertujuan mempersembahkan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya: bennam game, dan bercanda.
2. Pendekatan melalui meditasi.
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berserius ke alam pikiran, mengcndorkan kerja otot, dan menenangkan emosi meditasi ini sanggup dilakukan selama dua periode waktu yang masing-masing 15-20 menit. Meditasi bias dilakukan di ruangan khusus.
3. Pendekatan melalui biofeedback.
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan dokter, psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan sanggup menghilangkan stress yang dialaminya.
4. Pendekatan kesehatan pribadi.
Pendekatan ini ialah pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu mengusut kesehatan, melaksanakan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur.
Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada tiga contoh dalam mengatasi stres, yaitu contoh sehat, contoh harmonis, dan contoh psikologis (Mangkunegara, 2002:158-159):
1. Pola sehat
Pola sehat yaitu contoh menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola sikap dan tindakan sehingga adanya stres tidak mengakibatkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya bisa mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenamya tantangan dan tekanan cukup banyak.
2. Pola harmonis
Pola serasi yaitu contoh menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara serasi dan tidak mengakibatkan aneka macam hambatan. melaluiataubersamaini contoh ini, individu bisa mengendalikan aneka macam kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Individu tersebut selalu menghadapi kiprah secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan mempersembahkan kepercayaan penuh. melaluiataubersamaini demikian, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang didiberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan
antara dirinya dan lingkungan.
3. Pola patologis.
Pola patologis yaitu contoh menghadapi stres dengan berdampak aneka macam gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam contoh ini, individu akan menghadapi aneka macam tantangan dengan cara-cara yang tidak mempunyai kemampuan dan keteraturan mengelola kiprah dan waktu. Teknik ini sanggup mengakibatkan reaksireaksi yang berbahaya lantaran bisa mengakibatkan aneka macam masalah-masalah yang buruk.
Untuk menghadapi stres dengan cara sehat atau harmonis, tentu banyak hal yang sanggup dikaji. Dalam menghadapi stres, sanggup dilakukan dengan tiga taktik yailu, (a) memperkecil dan mengendalikan sumber-sumber stres, (b) menetralkan dampak yang ditimbulkan oleh stres, dan (c) meningkatkan daya tahan pribadi. Dalam taktik pertama, perlu dilakukan evaluasi terhadap situasi sumbersumber stres, membuatkan alternatif tindakan, mengambil tindakan yang dipandang paling tepat, mengambil tindakan yang lebih positif. Strategi kedua, dilakukan dengan mengendalikan aneka macam reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun bentuk-bentuk prosedur pertahanan diri. Dalam membentuk prosedur pertahanan diri sanggup dilakukan dengan aneka macam cara. Misalnya menangis, menceritakan duduk kasus kepada orang lain, humor (melucu), istirahat dan sebagainya. Sedangkan dalam menghadapi reaksi emosional, yaitu dengan mengendalikan emosi secara sadar, dan mcndapatkan pertolongan sosial dari lingkungan. Strategi ketiga, dilakukan dengan memperkuat diri sendiri, yaitu dengan lebih memahami diri, memahami orang lain, membuatkan ketrampilan pribadi, berolahraga secara teratur, diberibadah, pola-pola kerja yang teralur dan disiplin, membuatkan tujuan dan nilai-nilai yang lebih realistik.
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang dihentikan dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di daerah kerja akhir persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan alasannya yaitu dari stres, justru akan menambah duduk kasus lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi kepingan penting semoga seseorang bisa merancang solusi terhadap duduk kasus yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di daerah kerja. Dalam hubungannya dengan daerah kerja, stres sanggup timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu lantaran kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari alasannya yaitu tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) sampai sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara bersahabat (Margiati, 1999:76). Suprihanto dkk (2003:63-64) menyampaikan bahwa dari sudut pandang organisasi, administrasi mungkin tidak khawatir jikalau karyawannya mengalami stres yang enteng. Alasannya lantaran pada tingkat stres lertentu akan mempersembahkan akhir positif, lantaran hal ini akan mendesak mereka untuk melaksanakan kiprah lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres enteng yang berkepantidakboleh akan membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres enteng mungkin akan mempersembahkan laba bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan ialah hal yang diinginkan. Maka administrasi mungkin akan berpikir untuk menibcrikan kiprah yang menyertakan stress enteng bagi karyawan untuk mempersembahkan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja.
Maka diharapkan pendekatan yang sempurna dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
1. Pendekatan Individual
Seorang karyawan sanggup berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, tes fisik, tes relaksasi, dan pertolongan sosial. melaluiataubersamaini pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan sanggup menuntaskan kiprah dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. melaluiataubersamaini tes fisik sanggup meningkatkan kondisi badan semoga lebih prima sehingga bisa menghadapi tuntutan kiprah yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres yaitu dengan roengumpulkan sobat dekat, kolega, keluarga yang akan sanggup mempersembahkan pertolongan dan masukan-masukan bagi dirinya.
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres yaitu tuntutan dari kiprah dan kiprah serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu sanggup diubah. Oleh lantaran itu strategi-strategi yang mungkin dipakai oleh administrasi untuk mengurangi stres karyawannya yaitu melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan acara kesejahteraan. Melalui taktik tersebut akan mengakibatkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya kekerabatan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Secara umum taktik administrasi stres kerja sanggup dikelompokkan mcnjadi taktik penanganan individual, organisasional dan pertolongan sosial (Margiati, 1999:77-78):
1. Strategi Penanganan Individual
Yaitu taktik yang dikembangkan secara langsung atau individual. Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Melakukan perubahan reaksi sikap atau perubahan reaksi kogtiitif.
Artinya, jikalau seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih lampau. Teknik time out ini bisa macam-macam, menyerupai istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air hambar atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.
b. Melakukan reiaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan medilasi ini bisa dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. melaluiataubersamaini melaksanakan relaksasi, karyawan sanggup membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. melaluiataubersamaini demikian karyawan yang melaksanakan relaksasi diharapkan sanggup mentransfer kemampuan dalam membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana mereka mengalami situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan yaitu dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan
pikiran yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.
c. Melakukan diet dan fitnes. Beberapa cara yang bisa ditempuh yaitu mengurangi masukan atau konsumsi garam dan masakan mengandung lemak, memperbanyak konsumsi masakan yang bervitamin menyerupai buah-buahan dan sayur-sayuran, dan banyak melaksanakan olahraga, menyerupai lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:78).
Strategi ini didesain oleh administrasi untuk menghilangkan atau mengontrol penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau mengurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres melalui organisasi sanggup dilakukan dengan :
a. Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi besar dikala ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi
dengan menyertakan infleksibel, iktim impersonal. Ini sanggup membawa pada stres kerja yang sungguh-sungguh. Sebuah taktik pengaturan mungkin membuat struktur tebih terdesentralisasi dan organik dengan pembuatan keputusan partisipatif dan pedoman komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin membuat Iklim yang lebih mendukung bagi pekerja, mempersembahkan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
b. Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik
dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawaban, pengakuan, dan peluang untuk pencapaian, peningkatan, dan pertumbuhan) atau dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan pusat menyerupai variasi skill, identitas tugas, Signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik mungkin membawa pada pernyataan motivasional atau pengalaman berani, tanggung jawaban, pengetahuan hasil-hasil.
c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi kiprah organisasional.
Konflik kiprah dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih pertama sebagai sebuah penekan individual utama. Ini mengacu pada administrasi untuk mengurangi konflik dan mengklarifikasi kiprah organisasional sehingga penyebab stress ini sanggup dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi yang terang dan penting atau sebuah pengertian yang ambigious dari apa yang beliau kerjakan. Sebuah taktik penjelasan kiprah yang spesifik memungkinkan seseorang mengambil sebuah peranan menemukan sebuah catatan ekspektansi dari masingmasing pengirim peran. Catatan ini kemudian akan dibandingkan dengan ekspektansi fokal seseorang, dan banyak perbedaan akan secara terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dan negoisasikan untuk memecahkan konflik.
d. Rencana dan pengembangan jalur karir dan menyediakan konseling.
Secara tradisional, organisasi sudah spesialuntuk menyampaikan melalui kepentingan dalam
perencanaan karir dan pengembangan pekerja mercka. Individu dibiarkan untuk tetapkan gerakan dan slrategi karir sendiri.
3. Strategi Dukungan Sosial.
Untuk mengurangi stres kerja, dibutuhkan pertolongan sosial terutama orang yang terdekat, menyerupai keluarga, mitra sekerja, pemimpin atau orang lain. Agar diperoleh pertolongan terbaik, dibutuhkan komunikasi yang baik pada tiruana pihak, sehingga pertolongan sosial sanggup diperoleh menyerupai dikatakan Landy (dalam Margiati, 1999:78) dan Goldberger & Breznitz (dalam Margiati, 1999:78).
Karyawan sanggup mengajak berbicara orang lain wacana duduk kasus yang dihadapi, atau sctldaknya ada daerah mengadu atas keluh kesahnya (Minner dalam Margiati, 1999:78).
1. Pendekatan pertolongan sosial.
Pendekatan ini dilakukan melalui acara yang bertujuan mempersembahkan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya: bennam game, dan bercanda.
2. Pendekatan melalui meditasi.
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berserius ke alam pikiran, mengcndorkan kerja otot, dan menenangkan emosi meditasi ini sanggup dilakukan selama dua periode waktu yang masing-masing 15-20 menit. Meditasi bias dilakukan di ruangan khusus.
3. Pendekatan melalui biofeedback.
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan dokter, psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan sanggup menghilangkan stress yang dialaminya.
4. Pendekatan kesehatan pribadi.
Pendekatan ini ialah pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu mengusut kesehatan, melaksanakan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur.
Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada tiga contoh dalam mengatasi stres, yaitu contoh sehat, contoh harmonis, dan contoh psikologis (Mangkunegara, 2002:158-159):
1. Pola sehat
Pola sehat yaitu contoh menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola sikap dan tindakan sehingga adanya stres tidak mengakibatkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya bisa mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenamya tantangan dan tekanan cukup banyak.
2. Pola harmonis
Pola serasi yaitu contoh menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara serasi dan tidak mengakibatkan aneka macam hambatan. melaluiataubersamaini contoh ini, individu bisa mengendalikan aneka macam kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Individu tersebut selalu menghadapi kiprah secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan mempersembahkan kepercayaan penuh. melaluiataubersamaini demikian, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang didiberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan
antara dirinya dan lingkungan.
3. Pola patologis.
Pola patologis yaitu contoh menghadapi stres dengan berdampak aneka macam gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam contoh ini, individu akan menghadapi aneka macam tantangan dengan cara-cara yang tidak mempunyai kemampuan dan keteraturan mengelola kiprah dan waktu. Teknik ini sanggup mengakibatkan reaksireaksi yang berbahaya lantaran bisa mengakibatkan aneka macam masalah-masalah yang buruk.
Untuk menghadapi stres dengan cara sehat atau harmonis, tentu banyak hal yang sanggup dikaji. Dalam menghadapi stres, sanggup dilakukan dengan tiga taktik yailu, (a) memperkecil dan mengendalikan sumber-sumber stres, (b) menetralkan dampak yang ditimbulkan oleh stres, dan (c) meningkatkan daya tahan pribadi. Dalam taktik pertama, perlu dilakukan evaluasi terhadap situasi sumbersumber stres, membuatkan alternatif tindakan, mengambil tindakan yang dipandang paling tepat, mengambil tindakan yang lebih positif. Strategi kedua, dilakukan dengan mengendalikan aneka macam reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun bentuk-bentuk prosedur pertahanan diri. Dalam membentuk prosedur pertahanan diri sanggup dilakukan dengan aneka macam cara. Misalnya menangis, menceritakan duduk kasus kepada orang lain, humor (melucu), istirahat dan sebagainya. Sedangkan dalam menghadapi reaksi emosional, yaitu dengan mengendalikan emosi secara sadar, dan mcndapatkan pertolongan sosial dari lingkungan. Strategi ketiga, dilakukan dengan memperkuat diri sendiri, yaitu dengan lebih memahami diri, memahami orang lain, membuatkan ketrampilan pribadi, berolahraga secara teratur, diberibadah, pola-pola kerja yang teralur dan disiplin, membuatkan tujuan dan nilai-nilai yang lebih realistik.