-->
Teori Earning Management : Definisi, Contoh Dan Faktor Yang Mendorong Administrasi Melaksanakan Earning Management
Scott (2003:369) mendefinisikan earning management sebagai ”the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective” yang kurang lebih meiliki arti : pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.
Menurut Sugiri (1998) yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001), definisi earning management dibagi dalam dua definisi, yaitu:
a. Definisi sempit
Earning management dalam hal ini spesialuntuk berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai sikap manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.
b. Definisi luas
Earning management ialah tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) keuntungan yang dilaporkan ketika ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawaban, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas hemat jangka panjang unit tersebut.
Jika Sugiri (1998) mempersembahkan definisi earning management secara teknis, maka Surifah (1999) mempersembahkan pendapatnya terkena dampak earning management terhadap dapat dipercaya laporan keuangan. Menurut Surifah (1999) earning management sanggup mengurangi dapat dipercaya laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan, alasannya yakni earning management ialah suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi samasukan komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan.
Konsep earning management berdasarkan Salno dan Baridwan (2000:19):
menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa ”praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan administrasi (agent) dan pemilik (principal) yang timbul alasannya yakni setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya”. Agency theory mempunyai asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga mengakibatkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk meterbaikkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama alasannya yakni principal tidak sanggup memonitor kegiatan administrasi sehari-hari untuk memastikan bahwa administrasi bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik).
Dalam hubungan keagenan, principal tidak mempunyai informasi yang cukup wacana kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi terkena kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk meterbaikkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak bergotong-royong kepada principal, terutama kalau informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut yakni yang disebut sebagai earning management (Widyaningdyah, 2001).

Menurut Healy dan Wahlen yang dikutip oleh Riduwan (2001)menyatakan bahwa earning management terjadi ketika para manajer memakai keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melaksanakan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk mengakibatkan citra yang salah bagi stakeholder wacana kinerja hemat perusahaan, ataupun untuk menghipnotis hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Ada dua cara memahami earning management (Sari, 2005), yaitu sebagai diberikut:
1. Memandang earning management sebagai sikap oportunistik manajer untuk meterbaikkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos politik.
2. Memandang earning management dari perspektif kontrak efisien, artinya earning management memdiberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. melaluiataubersamaini demikian, manajer mungkin sanggup menghipnotis nilai pasar perusahaannya melalui earning management.
Menurut Watt dan Zimmerman (yang dikutip oleh Indarti et. al., 2004) tujuan yang akan dicapai oleh administrasi melalui earning management meliputi: mendapat bonus dan kompensasi lainnya, menghipnotis keputusan pelaku pasar modal, menghindari biaya politik.
Berdasarkan pertimbangan biaya dan manfaat, administrasi diperbolehkan menentukan dan menerapkan metode-metode akuntansi. Hal ini menjadi penyebab utama manajer melaksanakan earning management. Menurut Scott (2003:377) beberapa motivasi yang mendorong administrasi melaksanakan earning management, antara lain sebagai diberikut:
1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur keuntungan membersihkan semoga sanggup meterbaikkan bonusnya.
2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan keuntungan membersihkan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default.
3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak sanggup dilepaskan dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri strategis alasannya yakni aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak.
4. Motivasi pajak, pajak ialah salah satu alasan utama perusahaan mengurangi keuntungan membersihkan yang dilaporkan.
5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer), banyak motivasi yang timbul berkaitan dengan CEO, menyerupai CEO yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya, CEO gres untuk mengatakan kesalahan dari CEO sebelumnya.
6. Penawaran saham perdana (IPO), manajer perusahaan yang going public melaksanakan earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan keinginan mendapat respon pasar yang positif terhadap peramalan keuntungan sebagai sinyal dari nilai perusahaan.
7. Motivasi pasar modal, contohnya untuk mengungkapkan informasi privat yang dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor.
Banyak cara yang sanggup dilakukan oleh manajer untuk menghipnotis waktu, jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melaksanakan pemilihan metode akuntansi dan accounting judgment (Merchant dan Rockness, 1994), yang dikutip oleh Sari (2005). Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning management adalah:
1. Taking a bath
Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan keuntungan yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan keuntungan yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan keinginan keuntungan yang akan hadir sanggup meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan hadir sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi jelek yang tidak menguntungkan tidak sanggup dihindari pada periode tersebut. Untuk itu
manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan asumsi biaya yang akan hadir pada ketika ini serta melaksanakan clear the desk, sehingga keuntungan yang dilaporkan di periode yang akan hadir meningkat.
2. Income minimization
Bentuk ini menyerupai dengan ”taking a bath”, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode keuntungan yang tinggi dengan mempercepat abolisi aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada ketika profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud semoga tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil sanggup berupa abolisi atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi.
3. Income maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan keuntungan untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Kaprikornus tindakan ini dilakukan pada ketika keuntungan menurun. Perusahaan yang melaksanakan pelanggaran perjanjian dukungan mungkin akan meterbaikkan pendapatan.
4. Income smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarikdanunik. Hal ini dilakukan dengan meratakan keuntungan yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor alasannya yakni pada umumnya investor lebih menyukai keuntungan yang relatif stabil.
Teknik untuk merekayasa keuntungan sanggup dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Setiawati dan Na’im, 2000). Pertama yaitu memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi. Kedua yaitu mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: mengubah metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. Ketiga yaitu menggeser periode
biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan hingga periode akuntansi diberikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi hingga periode akuntansi diberikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur ketika penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.
Pendekatan lain yang digunakan dalam mengendalikan net income (Lontoh dan Lindrawati, 2004): Pertama, dengan mengendalikan transaksi-transaksi akrual, dimana transaksi akrual mempunyai efek terhadap pendapatan dan biaya namun tidak tampil pada arus kas. misal: amortisasi dan depresiasi yakni sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan dalam hal menentukan masa keuntungannya sehingga perusahaan sanggup mengatur besarnya pembebanan pada biaya sesuai keinginan administrasi dalam rangka mencapai hasil tamat pada net income yang diinginkan. Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual yakni pengukuhan akrual keuntungan atau beban yang bebas tidak diatur dan ialah pilihan kebijakan manajemen, sedangkan non discretionary accrual yakni pengukuhan akrual keuntungan yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kedua, dengan mengubah kebijakan akuntansi, administrasi juga sanggup menentukan net income yang diinginkan, namun hasrat administrasi untuk melaksanakan hal ini tidak sekuat accrual items. Alasannya yakni administrasi harus menerangkannya dalam disclosure pada laporan keuangan tahunan. Dan alasan ini yakni bahwa standar akuntansi wacana konsistensi mencegah terjadinya perubahan kebijakan akuntansi sesering mungkin. contohnya yakni merubah metode pencatatan dari LIFO menjadi FIFO.
Earning management ialah fenomena yang sukar dihindari alasannya yakni fenomena ini spesialuntuk dampak dari penerapan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual disahkan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan alasannya yakni dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Sebagai contoh, dengan dasar kas, pembelian aktiva tetap secara tunai senilai seratus juta rupiah mesti dibebankan sebagai biaya pada periode ketika pembelian aktiva tersebut, meskipun aktiva tersebut akan bermanfaa bagi perusahaan selama 10 tahun. Jika laporan rugi keuntungan disusun dengan dasar kas, maka besar kemungkinan dalam periode tersebut perusahaan ditetapkan mengalami rugi. Kaprikornus pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang benar-benar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sayangnya, akrual yang ditujukan untuk menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit sanggup digerakkan (tuned)sehingga sanggup mengubah angka keuntungan yang dihasilkan.

LihatTutupKomentar