Menurut Weston dan Brigham (1993), harga saham didefinisikan sebagai: ”The price at which stock sells in the market.” Sedangkan, harga pasar saham ialah nilai pasar sekuritas yang sanggup diperoleh investor apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan menurut harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price ialah harga saham terakhir kali pada ketika berpindah tangan di selesai perdagangan.
Analisa saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada ketika ini (current market price). Sedangkan nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diperlukan dari suatu saham. (Sri Adiningsih dkk, 2001 : 317 - 318).
Pedoman yang dipakai untuk menilai harga saham ialah :
a. Bila nilai intrinsik (NI) lebih besar dari harga pasar ketika ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan balasannya layak dibeli atau ditahan apabila saham tersebut sudah dimiliki.
b. Bila nilai intrinsik (NI) lebih kecil dari harga pasar ketika ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi), dan balasannya layak dijual.
c. Bila nilai intrinsik (NI) sama dengan harga pasar ketika ini, maka saham tersebut dinilai masuk akal harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Proses Terbentuknya Harga Saham
Menurut Sharpe (2000), proses terbentuknya harga saham sanggup dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Demand to Buy Schedule
Investor yang hendak membeli saham akan hadir ke pasar saham.
Biasanya mereka akan menggunakan jasa para broker atau pialang saham. Investor sanggup menentukan saham mana yang akan dibeli dan sanggup menetapkan standar harga bagi investor itu sendiri.
b. Supply to sell schedule
Investor juga sanggup menjual saham ke pasar saham. Investor tersebut sanggup menetapkan pada harga berapa saham yang mereka miliki akan dilepas ke pamasukan. Biasanya harga yang tinggi akan lebih disukai para investor.
c. Interaction of Schedule
Pertemuan antara seruan dan penawaran membuat suatu titik temu yang biasa disebut sebagai titik ekuilibrium harga. Pada pertamanya perusahaan yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga pertama untuk sahamnya. Saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar untuk diperdagangkan. Saat di pamasukan, harga saham tersebut akan berubah alasannya seruan dari para investor. Ekspektasi harga yang dimiliki oleh buyer akan mempengaruhi pergerakan harga saham yang pada pertamanya sudah ditawarkan oleh pihak seller. Saat terjadi pertemuan harga yang ditawarkan oleh seller dan harga yang diminta oleh buyer, maka akan tercipta harga keseimbangan pasar modal.
Analisa saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada ketika ini (current market price). Sedangkan nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diperlukan dari suatu saham. (Sri Adiningsih dkk, 2001 : 317 - 318).
Pedoman yang dipakai untuk menilai harga saham ialah :
a. Bila nilai intrinsik (NI) lebih besar dari harga pasar ketika ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan balasannya layak dibeli atau ditahan apabila saham tersebut sudah dimiliki.
b. Bila nilai intrinsik (NI) lebih kecil dari harga pasar ketika ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi), dan balasannya layak dijual.
c. Bila nilai intrinsik (NI) sama dengan harga pasar ketika ini, maka saham tersebut dinilai masuk akal harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Proses Terbentuknya Harga Saham
Menurut Sharpe (2000), proses terbentuknya harga saham sanggup dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Demand to Buy Schedule
Investor yang hendak membeli saham akan hadir ke pasar saham.
Biasanya mereka akan menggunakan jasa para broker atau pialang saham. Investor sanggup menentukan saham mana yang akan dibeli dan sanggup menetapkan standar harga bagi investor itu sendiri.
b. Supply to sell schedule
Investor juga sanggup menjual saham ke pasar saham. Investor tersebut sanggup menetapkan pada harga berapa saham yang mereka miliki akan dilepas ke pamasukan. Biasanya harga yang tinggi akan lebih disukai para investor.
c. Interaction of Schedule
Pertemuan antara seruan dan penawaran membuat suatu titik temu yang biasa disebut sebagai titik ekuilibrium harga. Pada pertamanya perusahaan yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga pertama untuk sahamnya. Saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar untuk diperdagangkan. Saat di pamasukan, harga saham tersebut akan berubah alasannya seruan dari para investor. Ekspektasi harga yang dimiliki oleh buyer akan mempengaruhi pergerakan harga saham yang pada pertamanya sudah ditawarkan oleh pihak seller. Saat terjadi pertemuan harga yang ditawarkan oleh seller dan harga yang diminta oleh buyer, maka akan tercipta harga keseimbangan pasar modal.